Kepala Badan Litbang dan Inovasi Henry Bastaman mengatakan penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan temuan yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Institute of Critical Zoologist (ICZ), Belanda, yang menyebutkan ada 350 spesies baru baik hewan maupun tumbuhan di Pulau Pejantan. Salah satunya ialah biawak berukuran besar dan tiga jenis tupai terbang yang memiliki corak berbeda dengan jenis tupai pada umumnya.
Hasil temuan tersebut, kata Henry, dirilis dalam website www.criticalzoologist.org. Dalam web tersebut juga disebutkan bahwa ada black geyser di Pulau Pejantan. Namun temuan itu masih dugaan, karena peneliti akan melakukan tes DNA terhadap spesies-spesies yang diduga temuan baru itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Henry menyebut jumlah spesies hewan dan tumbuhan baru tersebut perlu dikaji lebih lanjut. Karena menurutnya, cukup mustahil ada 350 spesies hewan dan tumbuhan baru di Pulau Pejantan, yang memiliki area seluas 927,34 hektare itu.
"Peneliti kita berani mengatakan seperti black geyser tidak ditemukan, seperti yang diinformasikan dalam riset ICZ. Kayaknya nggak mungkin ada (black geyser) di situ," kata Henry.
Hendra Gunawan, salah satu peneliti yang ikut dalam ekspedisi Pulau Pejantan, mengakui Pulau Pejantan memang merupakan pulau yang unik sekaligus indah. Dari informasi yang ia dapat, kata Hendra, tidak sedikit kapal pesiar yang mengangkut warga asing datang ke Pulau Pejantan untuk berwisata setiap tahunnya.
Di pulau tersebut, lanjut Hendra, juga ditemukan banyak vegetasi yang tumbuh di bebatuan granit. Selain itu, ia mengaku menemukan hewan jenis tupai yang berbeda dengan tupai yang ditemukan di Borneo, Kalimantan.
"Untuk memastikan spesies baru atau bukan harus dengan pembuktian tes DNA. Tidak bisa kalau tidak dites DNA-nya. Kemungkinan itu memang spesies baru," terangnya. (rvk/fjp)