Kolom
Kentut Kampungan
Minggu, 17 Apr 2005 14:35 WIB
Den Haag - Badrun bersungut-sungut. "Saya dikentuti. Dasar kampungan!" Kentut yang mana, Drun? "Ini kurang ajar, masa saya dikentuti," Iya, tapi kentut yang mana. "Pokoknya kentut!"Pakaiannya perlente, necis klimis, tapi muka Badrun seperti gombal lecek-dekil habis kena gerimis. Dari tadi dia terus saja menyumpah serapah bahwa dia telah dikentuti. Tapi saya tanya kentut yang mana, Badrun muter-muter. Sikapnya malah seperti kentut, tak jelas dan tak berwujud. Pada pertanyaan kali ketiga, kentut yang mana, Badrun tersentak."Kamu mau nggak dikentuti?" katanya sambil mendelik.Drun, per definisi kentut itu ada dua macam. Pertama, kentut dari bawah. Ini kentut harfiah. Baunya mencerminkan kondisi tubuh dan perilaku si empunya. Jika dia jorok, tak pandai menjaga diri, rakus, apa saja dimakan sampai yang busuk-busuk, sistem pencernaannya tidak beres alias sakit, maka dapat dipastikan kentutnya akan sangat busuk pula, melampaui batas kewajaran. Kedua kentut dari atas. Orang pesisir di Pekalongan menyebutnya abab, bukan kentut harfiah. Bila si empunya tak merawat mulutnya, membiarkan lidahnya kotor, kentut atas ini juga tak ketulungan baunya. Nah, kamu sewot itu kena kentut yang mana, Drun?Badrun tercenung. Setelah berpikir dan membetulkan kacamatanya, dia menjelaskan bahwa dia 'tidak berkenan' (ini bahasa khas Badrun untuk sewot menurut bahasa masyarakat) karena kena kentut dari bawah. "Kurang ajar, kan? Kampungan, kan? Masa saya dikentuti bawahan!"Sambil bergaya ala seorang baron, Badrun terus merutuk. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa konstruksi kalimatnya itu bisa ditangkap terbelah oleh masyarakat: yang kampungan itu dia sendiri atau bawahannya? Dia yang kampungan dalam merespon kentut atau bawahannya yang kampungan karena telah kentut?Sekarang apa yang akan kamu lakukan, Drun?"Saya akan ambil tindakan. Saya pasti akan menindak dia," ujar Badrun mengancam, setengah diwibawa-wibawakan. Lho, Drun. Kalau motivasinya karena soal kampungan, masa bawahan akan dikenai tindakan? Bukankah kentut itu sehat? Di mana-mana kalau orang bisa kentut itu malah alhamdulillah lho, Drun. Sebab dari kentut itu bisa diindikasikan sistem dalam perut seseorang, apakah sehat atau sakit. Itu di Jawa Tengah yang lagi mules judi, anak buah Kapolda pada kentut, tapi malah diberi penghargaan, Drun. Sekarang kentut dengan cara bagaimana agar kamu tidak menilainya kampungan? Apakah dengan cara dilepas tanpa suara, suaranya dinadakan tat-tit-tut ngak-ngek-ngok, atau perlu diledakkan biar celana robek sekalian? Apapun cara kentutnya, bukan itu sumber masalahnya. Sumbernya ada di perut, Drun.Ya, kalau kamu sendiri kentut, jangan bunyinya yang kamu kejar-kejar dan kamu salahkan, tapi periksa apakah sistem dalam perut itu beres atau ada masalah. Jika kentutnya dari atas, kamu juga harus berani menyikat dan membersihkan gigi-gigi dan lidah biang kebusukan.Kalau kamu terus menyoal dan mengancam cara kentut, Drun, mungkin kamu sendiri juga perlu diperiksakan apakah cara berpikirmu masih sehat atau tidak.
(es/)