Asep Rahmat Fajar dan Cerita Kekuatan Supranatural

Asep Rahmat Fajar dan Cerita Kekuatan Supranatural

Aditya Fajar Indrawan - detikNews
Senin, 27 Feb 2017 09:37 WIB
Asep Rahmat Fajar (andi/detikcom)
Jakarta - Meninggal di usia cukup muda, Asep telah meninggalkan banyak kenangan kepada koleganya. Asep meninggal pada usia 39 tahun dengan posisi terakhir sebagai tim ahli di Kantor Staf Kepresidenan (KSP).

"Asep adalah figur yang lengkap dan kawan yang baik. Humanis yang humoris, pendengar yang sabar, mampu menjelaskan sesuatu yang rumit menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami, pribadi yang sederhana, optimis dan bersemangat, senang membantu kawan tanpa pamrih, dan kawan diskusi yang menyenangkan," kata pegiat ICW Emerson Yuntho.

Hal itu tertuang dalam testimoninya di buku 'In Memoriam Asep Rahmat Fajar', yang dikutip detikcom pada Senin (27/2/2017). Selain piawai di bidang hukum, Asep memiliki kemampuan komunikasi dan lobi politik serta relasi yang sangat baik dengan sejumlah pimpinan partai politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan kemampuan ini, maka Asep layak dijuluki sebagai 'Politisi Tanpa Partai'," tutur Econ, demikian ia biasa disapa.

Di luar segudang kebaikan dan kelebihan tersebut, ada satu hal yang dimiliki Asep Rahmat Fajar namun barangkali tidak semua orang mengetahuinya. Asep ternyata memiliki kemampuan supranatural yang cukup baik.
Asep Rahmat Fajar dan Cerita Kekuatan Supranatural

"Asep punya kelebihan dalam menerawang atau melihat sesuatu yang gaib dan tidak bisa dilihat dari pandangan orang yang normal," tutur Econ.

Dalam beberapa kesempatan, jika diminta dan tidak sibuk, Asep dengan ikhlas mencoba membantu menetralisir adanya gangguan gaib tersebut. Kemampuan Asep mendeteksi sesuatu yang gaib ini sering dimanfaatkan banyak kawan dekatnya, termasuk Emerson.

"Salah satu risiko bekerja di lembaga antikorupsi, tempat saya bekerja, adalah adanya ancaman, baik dari yang terlihat maupun tidak terlihat (gaib)," tutur Emerson dalam buku yang di-launching pada Jumat (24/2) lalu, itu.

Jika ancaman itu nyata, mungkin bisa dikoordinasi dengan pihak kepolisian atau advokat untuk melakukan antisipasi. Namun terhadap ancaman yang tidak terlihat, hanya orang khusus yang bisa mengatasinya.

"Percaya atau tidak, beberapa teman di lembaga saya bekerja pernah mengalami ancaman atau gangguan yang tidak terlihat dan tiba-tiba sakit tanpa bisa dideteksi secara medis," tutur Econ.

"Jujur saja, saya beberapa kali meminta bantuan Asep untuk mendeteksi apakah ada 'kiriman' pihak tertentu kepada saya, rekan kerja, atau lembaga saya bekerja. Tidak semuanya terbukti. Namun, jika pun ada dugaan kuat 'kiriman' atau gangguan secara gaib, Asep tidak pernah menyebut siapa pelakunya dan hanya mengatakan adanya energi negatif yang harus dibersihkan atau dinetralisir," cerita Econ.

Ketika menjelaskan suatu energi yang negatif itu, tidak ada kata 'setan' atau 'demit' yang keluar dari mulut Asep. Semua dijelaskan dengan sebuah hal yang tidak menyeramkan. Metode pembersihan atau netralisir yang dilakukan oleh Asep hanyalah doa kepada Yang Maha Kuasa tanpa harus menyediakan bunga tujuh rupa atau syarat yang aneh-aneh.

"Untuk mempercepat proses pembersihan dan antisipasi terhadap gangguan gaib, Asep juga mengingatkan kami semua untuk berserah diri dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan masing-masing."

"Alhamdulillah, dengan bantuan Asep, kami semua merasa sangat terbantu dan bisa bekerja kembali. Selamat jalan, Sahabat, mohon maaf telah menyusahkan dan terima kasih telah membantu serta mendukung kami selama ini," tutur Econ.

Asep wafat dalam usia 39 tahun pada 4 Januari 2017 dengan meninggalkan seorang istri, Ella Irdamis Fajar, dan dua anak, yaitu Kencana Fajar (10) dan Garda Fajar (8). Saat meninggal, Asep menjadi Staf Kepresidenan Bidang Politik Hukum dan Keamanan. (adf/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads