Suara bising terdengar dan asap mengepul menjadi tanda genset listrik dinyalakan. Lampu di sekitar bagan menyala dan jaring diturunkan.
Itulah aktivitas bagan apung di Teluk Kotania, Dusun Pohon Batu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah. detikcom berkesempatan menyambangi bagan apung binaan Kodam XVI/Pattimura tersebut pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari semakin malam, jaring diturunkan semakin dalam agar ikan-ikan bebas berenang di atasnya. Sedangkan setiap sudut bagan persegi empat ini memiliki lampu yang cahayanya cukup terang.
![]() |
Ikan-ikan kecil mulai berdatangan. Mereka berkumpul di bawah sinar lampu, sesekali hilang, sesekali datang kembali.
Proses pengangkatan jaring tidak langsung dilakukan. Biasanya disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya ikan yang terlihat. Lamanya bisa satu hingga dua jam.
Setelah sekiranya ikan yang terlihat cukup banyak, tahapan berikutnya adalah mematikan satu per satu lampu di bagian terluar bagan. Kemudian ada satu lampu di tengah bagan yang diturunkan. Fungsinya sebagai pusat cahaya dan menjadi titik kumpul ikan-ikan.
![]() |
Pengangkatan menunggu aba-aba koordinator bagan. Sang koordinator sesekali berkeliling memperhatikan gerak dan jumlah ikan.
Di bagan yang memiliki luas sekitar 20 meter persegi ini, ada tujuh orang, termasuk koordinator. Enam lainnya memiliki peran masing-masing, seperti menarik tali dan jaring. Mereka bekerja bersama-sama mengikuti komando sang koordinator.
Baca: Program 'Emas Hijau' Tingkatkan Hasil Pertanian Masyarakat Maluku
Tak lama kemudian, sang koordinator memberi instruksi untuk segera mengangkat jaring. Di antara mereka bersahut-sahutan, berkoordinasi agar jaring terangkat dengan sempurna. Proses pengangkatan berlangsung selama sekitar 30 menit.
Setelah jaring diangkat sepenuhnya, ikan-ikan kecil terlihat menggeliat. Ternyata ikan hasil tangkapan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ya, jumlahnya sedikit.
![]() |
Bintara Pembina Desa (Babinsa) Serda Munir, yang menjadi pendamping di bagan tersebut, menjelaskan malam itu adalah saat-saat bulan terang. Karena sinar bulan lebih terang dari sinar lampu, ikan-ikan terpencar di lautan lepas.
Serda Munir memutuskan mengistirahatkan para nelayan selama beberapa hari ke depan.
"Kita istirahat, karena ini bulan terang. Kita lihat malam ini hasilnya tidak maksimal. Kita tunggu 6 hari lagi. Daripada kita buang-buang minyak, lebih baik kita istirahat. Setuju?" kata Munir sambil disambut riuh 'setuju' dari para nelayan.
Sementara itu, koordinator bagan Hasyim mengatakan jumlah ikan yang didapat tidak pasti. Paling sedikit dia mendapat 1 parteng (semacam loyang), paling banyak bisa mencapai 20 parteng.
"Tergantung rezeki. Kadang 1 parteng, 2 parteng. Kadang lebih sampai 10-20 parteng," ungkapnya.
![]() |
Jenis ikan yang didapat beragam, tapi umumnya ikan-ikan kecil yang berkelompok, seperti teri. Hasil tangkapan biasanya dijual lebih murah ke nelayan-nelayan sekitar atau ke pasar terdekat. Tujuannya agar masyarakat bisa mendapat keuntungan lebih jika ikannya dijual kembali atau sekadar dikonsumsi sendiri.
"Kami senang dengan program ini (Emas Biru), program ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami, masyarakat nelayan Dusun Pohon Batu, berterima kasih kepada Bapak Pangdam Pattimura Mayjen Doni Monardo. Mudah-mudahan ke depan usaha ini terus berjalan dengan baik," harapnya. (ega/nwy)