"Jika dilihat, perubahan penggunaan lahan di Jabodetabek dari 1972 hingga 2014 menunjukkan peningkatan pemukiman sangat cepat. Sedangkan lahan hijau bervegetasi semakin berkurang," kata Willem di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (22/2/2017).
Menurutnya kondisi ini menyebabkan wilayah Jabodetabek semakin rentan dengan banjir. "Laju upaya mitigasi banjir kalah cepat dengan laju penyebab banjir," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pada slide data satelit yang dimiliki BNPB, tampak warna merah sebagai indikator dari perkembangan daerah kota dan permukiman. Sedangkan warna hijau adalah wilayah vegetasi tempat serapan air.
"Rentang waktu dari 1972 sampai 2014 tampak perubahan penggunaan lahan, urbanisasi, dan okupasi penggunaan lahan di bantaran sungai. Menyebabkan Jakarta kehilangan kawasan resapan air," jelas Willem.
Selain faktor itu, Willem menyebut perubahan siklus cuaca secara drastis juga mempengaruhi pola penanganan banjir. Hal ini dikarenakan volume hujan tetap sama tapi rentang waktu musim hujan jadi lebih sempit.
"Pola curah hujan sebelum terkena pengaruh iklim itu 6 bulan hujan dan 6 bulan kemarau. Sekarang jadi 4 bulan hujan dan 8 bulan kemarau. Nah walaupun 4 bulan hujan tapi volume hujannya sama dengan 6 bulan. Makanya jadi hujan yang ekstrem dan banjir di mana-mana," jelas Willem.
(adf/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini