Tim sukses Anies-Sandi mengklaim mengantongi kemenangan di lebih banyak TPS dibanding tim Ahok-Djarot. Namun mereka juga mengakui Ahok-Djarot menang di TPS dengan jumlah suara besar. Salah satu PR bagi Anies-Sandi adalah menguasai daerah yang saat ini dikuasai oleh Ahok-Djarot dan tentu saja menggaet pemilih Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, yang telah tumbang di putaran pertama.
Selain itu, tim Anies-Sandi melakukan komunikasi politik dengan parpol pendukung Agus-Sylvi. Namun hasilnya seperti apa, sampai saat ini masih dirahasiakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita nggak berbasis di grassroot kita nggak dapat, nah kami bersyukur hampir 40 persen di atas ekspektasi. Itu salah satunya karena kami selama satu setengah bulan terakhir fokus di grassroot," imbuh Mardani.
Selain itu, Anies-Sandi memperkuat pasukan di darat. Penguatan ini penting untuk mengantisipasi fitnah, hoax, maupun black campaign, yang dikhawatirkan makin marak di putaran kedua.
Sementara itu, timses petahana saat ini tengah mempersiapkan strategi yang jitu. Langkah pertama adalah menganalisis data Pilgub DKI 15 Februari 2017 lalu. Data itu dijadikan dasar untuk evaluasi menghadapi putaran kedua.
"Dari data yang ada sekarang kita analisa, di mana kita menang, di mana wilayah abu-abu, dan di mana daerah yang dikuasai Agus-Sylvi," kata jubir timses Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni, saat dimintai konfirmasi terpisah.
Komunikasi politik juga dilakukan dengan pihak Agus-Sylvi. Tujuannya menarik sisa suara yang sekitar 16% dikantongi Agus-Sylvi, yang gagal masuk ke putaran kedua.
"Sampai kini komunikasi masih terus dilakukan. Namun kami juga menunggu data valid dari KPU. Meskipun Mas Agus sudah mengakui kekalahan, kami tetap menunggu data KPU," kata Toni.
Lalu, bagaimana keduanya memperkuat basis dukungan di putaran kedua saat para kandidat tidak diperkenankan melakukan kampanye sendiri? (van/fjp)











































