Anggita menuturkan dia awalnya berkenalan dengan Patrialis pada September 2016 di sebuah lapangan golf di kawasan Bogor. Saat itu Patrialis bermain golf bersama Kamaludin, pria yang juga diciduk KPK dalam kasus suap uji materi Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan di Mahkamah Konstitusi senilai Rp 2,15 miliar.
Sejak saat itu, jika datang bermain golf, baik pada hari libur maupun kerja, Patrialis selalu menyapa dan berlanjut dengan bertukar nomor ponsel. "Saya kenal Pak Patrialis barengan dengan Pak Kamal (Kamaludin). Jadi kenalnya nggak sendiri-sendiri," jelas Anggita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patrialis juga beberapa kali mengajak Anggita makan malam bersama. Namun Anggita mengaku selalu mengajak ibu dan keluarganya setiap kali makan malam bersama mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut.
Salah satunya saat makan malam di Mal Grand Indonesia, yang ternyata menjadi makan malam terakhir bersama Patrialis. Setelah makan malam di sebuah restoran yang terletak di lantai 3A Grand Indonesia itu, mereka menyempatkan diri mendatangi gerai Lancome.
"Itu sudah beres makan. Ingin lihat-lihat saja. Terus ya sudah, datang orang-orang itu. Aku pikir mau wawancara (Patrialis) biasa saja," tuturnya.
Ia pun kaget. Lima orang yang datang menghampiri Patrialis ternyata bukan wartawan, melainkan penyidik KPK. Mereka langsung membawa Patrialis dan Anggita, sedangkan ibu dan keluarganya dipersilakan pulang.
Anggita menegaskan sama sekali tidak tahu-menahu kasus yang melilit Patrialis. Dan setelah pemeriksaan pascapenangkapan itu, tidak lagi ada pemeriksaan lanjutan. Namun ponselnya hingga saat ini masih di tangan penyidik KPK.
"Aku sempat nanya ke penyidiknya (KPK), 'Memangnya aku salah apa, Pak?', 'Sudah, nggak usah dipikir terlalu jauh. Sudah cukup keterangannya," cerita Anggita.
Pengacara Patrialis, Indra Sahnun Lubis, menyangkal kedekatan hubungan kliennya dengan Anggita. Menurut dia, Patrialis baru berkenalan dengan Anggita saat di Grand Indonesia itu.
Saat itu Patrialis sedang berada di sebuah restoran bersama teman-temannya sewaktu kuliah. Tahu-tahu Patrialis didekati oleh Anggita untuk menawarkan apartemen.
"Dia (Patrialis) duduk di restoran. Nah, tahu-tahu ada wanita-wanita cantik menawarkan properti. Jadi dia kebetulan bicara dengan sales itu," kata Indra saat ditemui detikX di kantornya, Apartemen Wijaya, Jalan Wijaya, Jakarta Selatan.
"Jadi kenalnya di situ saja. Nggak mungkin punya hubungan apa-apa," tandas Indra.
Sebelumnya, sempat ditulis bahwa Patrialis sedang berada di restoran bersama teman-temannya sewaktu kuliah di Universitas Diponegoro. Keterangan ini ditulis berdasarkan informasi dari pengacara Patrialis, Indra Sahnun Lubis. Namun keterangan ini dibantah oleh Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (IKA FH UNDIP).
"Bahwa setelah kami telusuri dari data dan informasi yang kami miliki termasuk dalam hal ini melakukan "cross check" kepada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Saudara Patrialis Akbar tidak pernah menjalani perkuliahan dan/atau mendapatkan gelar baik tingkat Sarjana, Magister maupun Doktoral dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro," kata Sekjen IKA FH UNDIP Kresno Buntoro dalam surat hak jawabnya kepada detikcom, Selasa (14/2/2017).
Artikel ini adalah potongan artikel berjudul "Makan Malam Terakhir Patrialis-Anggita", yang telah dimuat di detikX. Cerita selengkapnya bisa Anda baca di sini.
(ddg/tor)











































