Debat Panas Agus-Sylvi Vs Ahok-Djarot soal Kekerasan ke Perempuan

Debat Cagub DKI

Debat Panas Agus-Sylvi Vs Ahok-Djarot soal Kekerasan ke Perempuan

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Jumat, 10 Feb 2017 21:34 WIB
Foto: Audrey Santoso/detikcom
Jakarta - Pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat berdebat panas soal kekerasan terhadap perempuan. Hal itu bermula saat Sylviana menyinggung salah satu kekerasan verbal yang pernah dilakukan oleh Ahok kepada salah satu perempuan di Jakarta.

"Komnas Perempuan menyatakan 2015-2016 terjadi peningkatan kekerasan pada perempuan di Jakarta. Di sisi lain sangat disayangkan, Bapak melakukan kekerasan verbal kepada perempuan, termasuk memaki membentak-membentak. Masyarakat luas ikut loh menyaksikan karena jadi video viral di masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana bisa gubernur menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan padahal gubernur pelaku kekerasan verbal?" ujar Sylviana bertanya kepada Ahok di sesi debat di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2017).

Ahok menanggapi pertanyaan Sylviana dengan santai. Menurutnya, perkataan dengan intonasi tinggi terlalu dibesar-besarkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya rasa kekerasan verbal itu satu kasus dibesar-besarkan, itu orang yang jelas mengambil KJP kontan. Buktinya lihat orang ibu-ibu demen foto-foto sama Ahok. Bagaimana bisa orang yang kekerasan terhadap perempuan didatangi. Saya ingin sekali di dalam Pilkada jangan gunakan fitnah dan contoh yang bangun opini jelek. Mari berlomba program," sebut Ahok.

Agus menjawab tanggapan Ahok. "Pak Basuki mengatakan itu fitnah. Itu semua sudah diketahui publik, viral di mana-mana bukan hoax. Bapak mempertontonkan kekerasan verbal terhadap kaum perempuan yang semestinya dihormati," kata Agus.


Djarot menanggapi pernyataan Agus. Menurut Djarot, apa yang disampaikan oleh Agus dan Sylvi sangat kacau. Agus dan Sylvi menganggap perlakuan terhadap satu perempuan disamakan dengan perlakuan terhadap seluruh kaum wanita di Jakarta.

Padahal, kata Djarot, hal itu dilakukan untuk mendidik karena ada seorang ibu yang tidak jujur dalam menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). "Ketika ada ketidakjujuran yang tidak mendidik, perlu sekali waktu kata yang tegas sehingga kita benar-benar didik dengan moral yang jujur bertanggung jawab," kata dia menanggapi Agus.

Menurut Djarot, shock therapy yang diberikan terbukti berhasil. Saat ini tak ada lagi ibu yang menggunakan KJP untuk yang bukan keperluan alat sekolah anaknya.

"Sekarang tak ada lagi penyalahgunaan KJP, KJP betul-betul untuk kepentingan anaknya, bukan ibunya," kata Djarot. (erd/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads