"Masyarakat pers tentu saja tidak akan membiarkan kejadian ini terus terjadi karena yang dirugikan adalah hak publik atas informasi yang benar. Otoritas kebenaran faktual harus dikembalikan," ujar Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dalam pidato peringatan Hari Pers Nasional di lapangan Polda Maluku, Kota Ambon, Maluku, Kamis (9/2/2017).
Pria yang akrab disapa Stanley ini mengatakan insan media harus menjunjung tinggi nilai-nilai luhur jurnalis. Di antaranya integritas. Itu perlu dilakukan karena pers nasional memiliki tanggung jawab kepada publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, Ketum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Margiono menyampaikan mengenai perlunya koreksi terhadap pers. Pemerintah dan tokoh pers serta masyarakat, menurut Margiono, bisa melakukan koreksi itu.
"Ada beberapa hal yang kami catat sebagai masukan dari masyarakat yang melakukan koreksi terhadap pers. Antara lain, terlalu dominannya ekonomi, kehidupan ekonomi, dan bisnis dalam dunia pers kita," ujar Margiono.
Hal lain adalah mengenai independensi dan pelanggaran kode etik pers. Margiono lantas menyampaikan isu seputar pers yang akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan.
"Ada pertanyaan yang sekarang muncul, kenapa sekarang banyak sekali pimpinan perusahaan pers yang menjadi pimpinan partai politik. Kalau saya selalu jawab, dalam UU, dalam peraturan negara, tidak ada larangan bahwa pimpinan pers menjadi pimpinan partai politik. Yang tidak boleh adalah karya jurnalistik yang melanggar undang-undang dan karya jurnalistik yang melanggar kode etik," kata Margiono.
Margiono lantas menceritakan kisah pertemuannya dengan Surya Paloh. Maksud hati ingin berdiskusi mengenai independensi pers, ujung-ujungnya Margiono malah mendapatkan pencerahan balik.
"No, kau sudah tahu bahwa Abang ini nggak pernah main-main di bidang pers, aku dan kau untuk apa mendirikan perusahaan pers? Supaya membesarkan pers nasional," kata Margiono menirukan pernyataan Surya Paloh kepadanya.
"Siap Bang," jawab Margiono.
"Diskusi tidak jadi. Jadi yang terjadi adalah pencerahan kepada kami. Setengah jam setelah beliau memberikan pencerahan, saya pamit," sambung Margiono.
Margiono lantas berseloroh mengenai momen pamitan tersebut. Surya Paloh menanyakan mengapa Margiono buru-buru pamitan padahal sedang asyik diskusi.
"Tapi bilang kenapa cepat-cepat, tapi sambil merangkul saya ke luar ruangan," kata Margiono, yang lantas diikuti tawa hadirin.
Margiono lantas menyampaikan rasa bahagianya mendapatkan pencerahan dari Surya Paloh. "Saya sedang mendapatkan pencerahan dari senior-senior ini. Tapi yang lebih senang kalau saya pulang dikasih uang. Mungkin lain waktu," kata Margiono, dengan suasana tawa hadirin yang masih menggema.
(fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini