Panglima TNI Paparkan Ancaman yang akan Dihadapi Indonesia

Panglima TNI Paparkan Ancaman yang akan Dihadapi Indonesia

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Rabu, 08 Feb 2017 21:45 WIB
Panglima TNI di gala dinner HPN 2017 (Vino/detikcom)
Ambon - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memaparkan sejumlah ancaman yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam kompetisi global. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri gala dinner Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon, Maluku.

"Turunnya produksi minyak bumi mengubah drastis gaya hidup dan model bisnis mulai dari sekarang dan menjadikan krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini menjadikan depresi ekonomi. Setelah itu akan meningkatnya kejahatan konflik dan hancurnya tatanan masyarakat serta kompetisi global," ujar Gatot di Islamic Center Ambon, Maluku, Rabu (8/2/2017).

Ia mengingatkan, kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia bisa membuat negara-negara lain iri. Sebab, pada saat ini kompetisi global sedang memperebutkan pangan dan energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kaya akan sumber daya alam justru dapat menjadi petaka buat kita. Kita harus waspada," ucap Gatot seraya mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo.

Selain itu, Gatot memaparkan sejumlah skenario yang biasa dibuat untuk menghancurkan sebuah negara. Skenario ini meliputi dari penghancuran ekonomi nasional sampai ke tingkat adu domba atau mempertentangkan para elite pemimpin negeri.

"Hancurkan ekonomi nasional, buat pertentangan elite politik, suburkan konflik horizontal. Kemudian pecah militer dan polisi, buat sel-sel perlawanan, buat serbuan paradigmatis, invasi militer setelah ada legalitas intervensi kemudian mendatangkan pasukan perdamaian PBB," kata Gatot.

Namun, dalam menghadapi itu semua, Indonesia mempunyai modal berharga. Modal itu adalah modal demografi dan modal geografi.

"Modal geografi yaitu negara agraris, negara maritim, dan modal demografi itu kearifan lokal dan Pancasila," terangnya.

Karena itu, pers harus turut serta dalam mewaspadai kompetisi global. Pers diharapkan dapat menguatkan patriotisme dan nasionalisme.

"Pers harus memberitakan kejadian yang sebenarnya dengan bahasa santun dan menyejukkan, bukan mengeksploitasi atau memperuncing pertentangan, perbedaan, atau permusuhan dan menawarkan solusi terhadap semua permasalahan yang terjadi," ucap Gatot.

Dalam kegiatan ini, HPN dan Dewan Pers mengapresiasi penerima penghargaan kepeloporan di bidang media. Mereka yang meraih penghargaan itu adalah Kompas, Tempo, Femina, dan radio Surabaya.

Selain media, ada beberapa insan media yang juga menerima penghargaan ini, di antaranya Peter F Gontha, Ilham Bintang, Karni Ilyas, Budiono Darsono, dan Andy F Noya.

Selain Gatot, hadir dalam acara itu Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta sejumlah duta besar negara sahabat. Turut hadir pula sejumlah pimpinan media massa, Ketua Dewan Pers, dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia.

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan HPN 2017. Rencananya, acara puncak akan digelar besok (9/2) yang akan dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. (rvk/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads