"Saya mengimbau 15 Februari nanti, pilih pemimpin yang berwawasan kebangsaan, yang sungguh-sungguh ingin membangun daerahnya dan jaga persatuan. Ini penting sekali," kata Zulkifli saat melakukan kunjungan kerja Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di STKIP Muhammadiyah, Manokwari, Papua Barat, Selasa (7/2/2017).
Zulkifli mengingatkan kembali cikal-bakal berdirinya Republik Indonesia, yaitu sebagai negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama. Oleh sebab itu ia meminta warga Manokwari tak termakan isu perbedaan yang berhembus di pilkada, yang berpotensi menjadi alat pemecah persatuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang hidungnya mancung, ada yang pesek, ada yang setengah pesek. Kalau seperti saya ini setengah mancung," canda dia diikuti tawa warga STKIP Muhammadiyah yang hadir.
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai orang nomor satu di Partai Amanat Nasional (PAN) ini menggambarkan dinamika politik yang terjadi belakangan jelang pilkada serentak 2017. Ia melihat perilaku saling bermusuhan, saling mempolisikan dan 'mematikan' citra sesama politik menjadi tren.
"Saya benar, kamu salah. Kalau bukan golongan saya, kamu musuh. Ini kan jauh dari sikap Pancasila dan Kebhinnekaan. Muncul juga saling lapor. Padahal kita ini bukan musuh, bukan lawan yang harus dihabisi. Kesadaran ini perlu terus-menerus dibangun," jelas Zulkifli.
Lebih bahaya lagi, imbuh Zulkifli, agama berpotensi diperalat untuk 'mengkotak-kotakan' masyarakat. Kendati, Zulkifli menilai mayoritas umat beragama di Indonesia bersikap moderat saat ini.
"Di semua agama misalnya, memang ada yang fanatik. Tetapi mayoritas Indonesia adalah moderat yang saling menghormati dan menghargai," tutup dia. (nwy/nwy)











































