"Indonesia mendapat kehormatan sebetulnya pada tahun 2014. Hanya, karena tahun 2014 adalah tahun politik, ada Pileg dan Pilpres, maka diundurkan, dan disepakati oleh Dewan Pers bersama dengan Kominfo, Dikbud, Kemenlu akan dilaksanakan di tahun 2017," ujar Rudiatara dalam seminar persiapan WPFD 2017 di Baileo Siwaluma, Karang Panjang, Ambon, Maluku, Selasa (7/2/2017).
Karena 2014 adalah tahun politik sehingga pelaksanaannya diundur, akhirnya pada tahun ini Jakarta akan menjadi tuan rumah bagi insan pers dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudiantara pun mengatakan sekitar 800 orang akan hadir di Jakarta. Dalam kegiatan itu, akan ada deklarasi, pembahasan mengenai pers, dan pemberian penghargaan kepada pahlawan pers dunia.
"Ada kurang-lebih setidaknya 700-800-an peserta yang akan hadir di Jakarta, yang substansinya, pembahasannya, deklarasinya, termasuk award, diberikan setiap tahun untuk menghormati pahlawan pers dunia," imbuhnya.
Indonesia ditunjuk UNESCO sebagai tuan rumah WPFD 2017 karena berbagai alasan. Di antaranya, Indonesia merupakan negara majemuk dengan penduduk yang beragam. Selain itu, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
Sebagai informasi, peringatan World Press Freedom Day tahun ini rencananya akan digelar di Indonesia pada 2-4 Mei 2017 dengan tema "Critical Minds for Critical Times: Media's Role In Advancing Peaceful, Just and Inclusive Societies". Peringatan ini merupakan peringatan yang ke-26 dan pertama kali dilaksanakan di Asia Tenggara setelah 15 tahun diadakan di negara-negara Eropa, Amerika, dan Afrika. (rvk/rna)











































