"Elektabilitas pasangan Ahok-Djarot sebesar 29,8 persen, pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni memperoleh elektabilitas sebesar 26,1 persen, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 27,8 persen. Kesimpulan kami, terjadi salip-menyalip dengan margin yang sangat tipis di antara tiga kandidat," kata Direktur Riset Median Sudarto di Restoran Bumbu Desa, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (6/2/2017).
Jika elektabilitas dilihat per wilayah pengambilan sampel, pasangan Ahok-Djarot unggul di Jakarta Barat dengan 33,2 persen, Jakarta Pusat 33,7 persen suara, dan Jakarta Utara 36,1 persen suara. Sedangkan Anies-Sandiaga unggul di Jakarta Selatan dengan perolehan 32 persen dan Jakarta Timur 28 persen suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metodologi survei menggunakan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi kota madya dan gender. Margin of error survei kurang-lebih 3,4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sudarto menjelaskan peningkatan elektabilitas Ahok-Djarot dipengaruhi performa keduanya dalam debat. Saat pasangan tersebut semakin diterpa isu penistaan agama, elektabilitas sempat menurun.
"Saat data diambil, isu penghinaan dan dugaan penyadapan terhadap Ketua Umum MUI pada persidangan masih relatif kecil. Namun, bila isu ini membesar, akan mengganggu elektabilitas Ahok-Djarot," imbuh Sudarto.
Selain itu, ia menjelaskan penurunan elektabilitas Agus-Sylvi terjadi setelah adanya berita soal kasus dugaan korupsi dana hibah Pramuka.
"Kenapa dukungan Agus-Silvy menurun, padahal November juara, sekarang turun, pertama besarnya berita negatif secara masif yang menerpa Bu Silvy
Sementara itu, elektabilitas Anies-Sandiaga naik karena tidak adanya isu yang menjerat keduanya seperti dua pasangan lain.
"Kenapa Anies-Sandi meningkat 3 bulan terakhir, karena tidak ada isu yang menjerat mereka, ada isu Pak Anies dipanggil ke KPK, tapi tidak sebesar isu Silvy dan Ahok," tutupnya. (nkn/imk)











































