"Jangan ada yang menyanyi ya, tak ada tiup lilin," kata Ketua MK Prof Arief Hidayat di gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (3/2/2017).
Akhirnya lilin angka 61 di atas kue dinyalakan dan dimatikan tanpa ditiup, Arief memilih mematikan api dengan tangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi suasana haru tak bisa membendung air mata guru besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu. Air menetes perlahan.
"Saya satu minggu ini tidak bisa tidur. Malah Prof Bagir Manan bertanya kepada saya, 'Sudah turun berapa kilo, Prof Arief'. Jadi ini peristiwa yang semestinya bahagia, tapi saya lebih terharu dan sedih sehingga saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya hanya bisa memohon kepada Allah SWT, bisa melindungi menjaga Mahkamah ini, isi dan seluruh warganya, sehat, sejahtera, dan aman dan tidak kurang suatu apa pun," ujar Arief.
Mendengar kata-kata tersebut, seluruh hadirin di lobi lantai 15 terdiam. Beberapa di antaranya memerah sembab pada kedua matanya.
"Saya yang dituakan di sini mohon maaf apabila terjadi hal-hal tidak berkenan di hati Saudara-saudara. Sekali lagi saya mohon dimaafkan apabila dirasakan masih belum baik," tutur Arief.
Hadir dalam acara sederhana itu hakim konstitusi Maria Farida Indarti, Manahan Sitompul, mantan Wakil Ketua MK Achmad Sodiki, Sekjen MK Prof Guntur Hamzah, serta seluruh staf Arief. Suami Tundjung Herning Sitabuana itu dilahirkan di Semarang, tepat 61 tahun silam.
![]() |
Ulah Patrialis Akbar yang berakhir dengan ditangkap oleh KPK membuat ulang tahun Arief dilaksanakan dengan suasana khidmat.
"Ini bukan ulang tahun, tapi syukuran," ucap Arief sambil memotong kue ulang tahun dan nasi kuning yang dibagikan kepada koleganya.
Selamat ulang tahun, Pak Ketua.... (asp/erd)












































