Cerita Sukarelawan soal Pencari Angpao di Vihara Petak Sembilan

Cerita Sukarelawan soal Pencari Angpao di Vihara Petak Sembilan

Audrey Santoso - detikNews
Jumat, 27 Jan 2017 16:54 WIB
Foto: Audrey Santoso/detikcom
Jakarta - Suasana Vihara Dharma Bhakti di kawasan Petak Sembilan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, menjelang perayaan Imlek tampak ramai oleh orang-orang. Tak hanya mereka yang hendak sembahyang, tetapi banyak pula yang berharap angpao dari pengunjung vihara.

"Biasanya ya tiga sampai lima ribu pengemis (yang berkumpul saat Imlek di vihara). Mereka datang dari mana-mana, ada yang dari Tangerang pinggiran, Bekasi pinggiran, yang dari luar kota pun banyak," kata salah satu sukarelawan yang tiap tahun mengamankan proses pemberian sedekah, Ridwan Arifin, kepada detikcom di lokasi, Jumat (27/1/2017).

Cerita Sukarelawan soal Pencari Angpao di Vihara Petak SembilanFoto: Audrey Santoso/detikcom


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang akrab disapa Dede itu berkata tugasnya sekadar menjaga situasi di pelataran vihara karena kerap terjadi para pencari angpao itu kalap saat ada umat yang bersedekah.

"Susahnya itu pengemis kadang merampas. Misalnya saat saya sedang bagi satu per satu, tiba-tiba ada tangan menyambar uang yang saya pegang. Lalu misalnya nggak mau ngantri, ribut gara-gara rebutan uang," ujar Dede.

Dede tidak sendiri. Dia mengaku ada sekitar 30 rekannya sesama sukarelawan yang turut membantu. Dari pantauan, para sukarelawan meminta para pencari angpao berbaris sebelum dibagikan uang. Jika ada yang ngotot meminta diberi sedekah dua kali dari umat yang sama, Dede tak segan menegur.

"Kita cuma mengamankan saja, biar bisa teratur ini, supaya jangan acak-acakan, jangan sampai ribut. Bagaimana caranya biar semua kebagian, mana yang udah dan belum bisa lihat," ujar warga Jembatan Lima, Jakarta Barat, ini.

Cerita Sukarelawan soal Pencari Angpao di Vihara Petak SembilanFoto: Audrey Santoso/detikcom


Semakin mendekati malam pergantian tahun, lanjut Dede, pelataran vihara makin disesaki pengemis. Pantauan detikcom, para pencari angpao bahkan membawa serta anak-anak yang berusia masih balita. Sebagian sudah siap dengan lembar kardus cokelat yang digelar bak tikar dan payung untuk menghindari terik matahari.

"Mereka datang, kita harus sudah standby. Makanya seperti saya ini di sini dari pagi buta tadi," ucap pria berambut panjang yang sudah 10 tahun menjadi sukarelawan ini.

Soal nominal angpao, Dede menjelaskan hal itu tergantung kepercayaan umat akan angka keberuntungan. Sebagai contoh, yang merasa keberuntungannya di angka 5, akan memberi sedekah Rp 5.000, dan yang merasa keberuntungannya di angka 36, akan memberi sedekah Rp 3.600.

"Misalnya pengemisnya ada 3 ribu, tapi umat hanya membawa uang yang hanya cukup untuk seribu pengemis, maka kita akan sarankan mereka untuk menitipkan uangnya. Kalau ada umat lain yang kondisinya sama, nanti uang mereka kami gabungkan sehingga semua (pengemis) dapat dan tidak iri," tutur Dede.

Salah satu umat yang sedang bersedekah saat detikcom menyambangi vihara adalah Santo (33). Warga Cengkareng ini membawa uang tunai Rp 600 ribu dalam bentuk pecahan Rp 2.000. Ia berujar sudah tiga tahun belakangan bersedekah di Vihara Dharma Bhakti, tempat ia dan keluarga sembahyang saat perayaan hari besar umat Buddha.

"Saya datang sama dua saudara saya, papa dan istri. Ke sini juga bawa air mineral untuk mereka. Kasihan kan panas-panas begini pasti haus," jelas Santo.

Alasannya membagi-bagikan uang adalah menuruni tradisi orang tua, saat diberi rezeki, wajib membagikan kepada orang yang membutuhkan. "Saya sudah sejaman di sini. Sekarang uangnya sudah habis dan kami sudah sembahyang. (Bersedekah) ini sih melanjutkan tradisi saja," tutup dia. (dhn/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads