Imam Shamsi mengatakan menjadi sebuah dilema ketika institusi agama sudah disisipi oleh kepentingan sesaat seperti kepentingan ekonomi dan politik. Sebab, kondisi ini dapat membuat institusi tersebut beralih fungsi.
"Saya kira, yang terkadang jadi dilema bagi sebagian institusi-institusi agama, ketika institusi itu terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan sesaat. Apakah itu kepentingan politik, kepentingan uang, misalnya, dengan mudah (dapat) beralih atau dialihkan," kata Imam Shamsi ketika ditemui di Masjid Raya Pondok Indah, Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (26/1/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, tujuan dari institusi agama adalah memperjuangkan kemaslahatan umum. Institusi keagamaan menjadi yang terdepan untuk mengutamakan kebaikan bagi umat.
"Kalau institusi beragama ini mengutamakan kebajikan dan kebaikan bagi umat, maka saya yakin yang dikedepankan adalah bagaimana kemaslahatan umum bisa tercapai. Jadi jangan didampingi oleh kepentingan-kepentingan politik," ujar Imam Shamsi.
Shamsi yang juga diketahui sebagai Imam Besar Masjid Pusat Islam di New York ini mengatakan, kondisi seperti ini juga ditemuinya di AS. Dia berharap institusi agama di Indonesia tetap independen untuk memperjuangkan kepentingan umum.
"Tapi saya melihat itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika juga ada institusi-institusi agama yang juga didampingi oleh kepentingan politik. Sehingga mereka-mereka mendukung seorang calon sekadar ada karena kepentingan-kepentingan tertentu," tutur Imam Shamsi.
"Di sini juga saya ingatkan, bahwa mudah-mudahan di Indonesia tidak seperti itu. Sehingga organisasi-organisasi Islam bisa independen, untuk memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan kepentingan umat. Sehingga tidak terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan sesaat," sambungnya.
Lebih khusus, Imam Shamsi melihat kondisi organisasi keagamaan seperti organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Dia melihat, secara umum kondisi ormas Islam di Indonesia sudah menunjukkan kedewasaannya.
Hal ini terlihat ketika adanya aksi demonstrasi besar-besaran terkait kasus dugaan penodaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Meski tidak secara menyatakan diri turun dalam aksi tersebut, kehadiran ormas Islam tersebut mendorong munculnya ekspresi penyampaian pendapat secara elegan.
"Saya melihat, organisasi Islam di Indonesia sudah mulai dewasa. Sekali lagi, contoh terakhir mungkin, konteks kasus gubernur DKI Jakarta. Organisasi-organisasi besar Muhammadiyah, NU walaupun secara formal tidak mengatakan demikian, tapi pengikut Muhammadiyah, pengikut-pengikut NU dan ustaz-ustaz turun ke jalan," tutur Imam Shamsi yang sudah tinggal di AS sejak 21 tahun laku.
"Dan kedewasaan itu terbukti. Mereka mengekspresikan diri dengan cara elegan, tidak mengganggu orang lain, tidak merusak, saya kira itu sesuatu yang bisa kita banggakan," imbuh pria yang dikenal luas oleh masyarakat Muslim internasional ini. (jbr/rvk)