Warga Sekitar Tangkuban Perahu Siaga dan Bersiap Mengungsi

Warga Sekitar Tangkuban Perahu Siaga dan Bersiap Mengungsi

- detikNews
Rabu, 13 Apr 2005 19:26 WIB
Bandung - Warga Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, yang berada di sekitar Gunung Tangkuban Perahu bersiap mengungsi. Mereka sudah mengemasi barang dan menyiapkan angkutan. Langkah ini mereka lakukan setelah Gunung Tangkuban Perahu berstatus 'siaga'. Pantauan detikcom, malam ini mereka tampak bersiaga. Beberapa warga mulai terlihat membereskan barang-barang berharga. Mobil pribadi, truk dan angkutan disiagakan di depan rumah mereka, bila sewaktu-waktu gunung meletus. Sejumlah pos jaga malam di kecamatan yang berhawa dingin ini juga terlihat diisi oleh beberapa hansip. Beberapa warga terlihat berkumpul di pinggir jalan Cikole. "Tadi pagi kita diberi tahu dari suara pengeras masjid oleh pengurus di sini bahwa gunung sedang aktif," kata Galih Donikara, warga Desa Cikole, Kecamatan Lembang, saat ditemui detikcom, Rabu (13/4/005) di rumahnya. Menurut dia, saat ini warga belum berniat untuk eksodus ke tempat lain untuk menghindar. Mereka masih menunggu keputusan dari petugas desa dan kepolisian dari Polsek Lembang. Desa Cikole adalah desa paling dekat dengan Gunung Tangkuban Perahu, jaraknya sekitar 7 km.Desa Cikole, Kecamatan Lembang mayoritas penduduknya berdagang di Kawasan pariwisata Gunung Tangkuban Perahu. Menurut Galih, hampir 95% warga berprofesi sebagai pedagang di gunung itu. Diperkirakan, jumlah kepala keluarga yang tinggal di desa ini sekitar 1.000 KK. Selain itu juga, beberapa warga memiliki hewan ternak sapi dan domba. Menurut mereka, setok pakan ternak hari ini mencukupi. Namun buat Kamis (14/4/2005), persediaan pakan ternak tidak akan cukup. Saat ini, mereka menggantungkan pakan ternak berupa rumput di kaki Gunung Tangkuban Perahu, lahan milik Perhutani. Saat ini lahan ladang rumput pakan ternak tersebut ditutup."Warga kampung kaget. Panik. Sekarang kita patokan saja lihat ke gunung. Asap gas agak susah dilihat. Kalau sampai ada getaran besar baru kita pindah. Itu patokan dari warga," kata dia. Menurut warga, adanya getaran terakhir di Gunung Tangkuban Perahu paling besar terjadi tahun 1969. Setelah itu kejadian serupa terjadi pada tahun 1992, 1999 dan tahun 2002. Namun menurut warga, kejadian getarannya tidak sepadat kejadian hari ini. "Getarannya memang tidak terasa sampai di desa ini. Tidak tahu kalau di desa yang lainnya, seperti di Kampung Nyalindung, Sagala Herang," kata Galih. Saat ini, Galih juag bertugas untuk mencatat perubahan Gunung Tangkuban Perahu di Posko II. "Warga juga akan jaga malam. Ada momentum buat piket malam," kata dia. (asy/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads