"Radikal tidak perlu melatih macam-macam, tetapi bagaimana pemikiran orang itu berubah," kata Ryamizard setelah mengukuhkan 540 kader bela negara di Lapangan Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (24/1/2017).
Karena itu, menurut Ryamizard, pemikiran bangsa Indonesia harus diperkuat melalui Pancasila agar tidak tergoda oleh pemikiran radikal yang salah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga meminta agar bangsa Indonesia diajari mana yang benar dan mana yang salah. Dia menegaskan Indonesia bukan negara agama.
"Indonesia itu bukan negara agama, tetapi bangsanya beragama," tuturnya.
Untuk menangkal hal tersebut, lanjutnya, setiap warga negara Indonesia sesuai dengan amanat undang-undang wajib membela negara.
"Itu ada undang-undangnya, wajib untuk warga negara. Bela negara ini bukan wajib militer, orang yang pikirannya picik berpikir bahwa bela negara merupakan wajib militer. Pramuka itu juga bela negara. Apakah Pramuka itu latihan militer?" ujarnya.
Dalam Pramuka, lanjut dia, tidak ada latihan militer, tetapi melaksanakan semua nilai-nilai Pancasila yang ditemukan dan digali oleh Presiden pertama RI Soekarno.
"Itulah kultur kita. Kalau komunis di Rusia, itu kultur mereka, kalau di sini bukan kultur, tidak laku itu," ucapnya. (arb/idh)











































