Tedi Ginanjar, penyuluh Kehutanan Swadaya Jabar, mulai tertarik dengan Kampung Pojok saat menelusuri silsilah keluarga. Dia menemui warga setempat, veteran RI, dan tak sengaja mendapatkan cerita tentang kota rahasia. Setiap detail cerita, ia gambarkan ilustrasi berdasar puing-puing yang tersisa berikut denah lokasi. Bangunan peninggalan sudah banyak yang tidak utuh, hanya tersisa puing-puing. Sebagian lagi sudah berubah menjadi sawah.
![]() |
Menurut Tedi, sisa bangunan banyak diambil warga untuk lantai atau membangun rumah. Bahkan ada yang menggunakannya untuk tangga dapur karena masih ada rumah warga yang berbentuk panggung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Keberadaan 'kota' di pelosok Sukabumi ini dibenarkan Endang, veteran dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Dua (Pelda). Ia mengetahui jelas tempat itu karena kakak kandungnya Encep Kosasih bergabung menjadi pasukan Heiho.
![]() |
"Kakak saya menyebut tempat itu sebagai kota rahasia. Di sana ada pabrik obat kina, pabrik senjata, pangkalan terbang, dan kereta lori," tutur Endang dalam kesempatan terpisah.
Jepang memilih tempat itu sebagai 'markas' karena perbukitan di tempat itu membentuk tapal kuda dan memudahkan pengintaian ketika ada penyerangan. Kawasan tersebut menghadap ke timur. Ketika matahari terbit, semua pasukan Jepang dan warga diminta untuk membungkuk memberikan penghormatan.
(try/try)