Pertemuan itu digelar di aula lantai dua Ponpes Riyadlul Jannah. Wartawan hanya diizinkan mengambil gambar beberapa menit sebelum acara dimulai. Setelah itu, panitia meminta wartawan keluar dari aula karena acara berlangsung tertutup.
Pantauan detikcom, silaturahmi FPB ini dihadiri sejumlah tokoh besar N, seperti Ketum MUI yang juga Rais Aam PBNU, Ma'ruf Amin; Sekjen MUI Masduki Baidowi; KH Sodri dari Jakarta Islamic Center; KH Ali Akbar Marbun dari Medan; H Ali Sam, pengusaha dari Jakarta; Habib Soleh Al-Jufri dari Solo; dosen UIN Sunan Kalijaga; dan Dr Shofiyullah Muzammil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sebelum pertemuan itu dimulai, perwakilan FPB sempat menggelar konferensi pers di masjid Ponpes Riyadlul Jannah. Pada kesempatan itu, Prof Dr Imam Suprayogo menjelaskan pertemuan para ulama dari berbagai daerah di Tanah Air ini akan membahas konsep ekonomi dan pendidikan pesantren untuk mewujudkan kedaulatan bangsa. Dia menampik pertemuan ulama FPB ini akan membahas isu perpecahan umat yang terjadi saat ini.
"Para kiai tahu kondisi politik sosial di luar pesantren. Namun para kiai tak akan bicara soal itu, hanya membahas pendidikan dan penguatan ekonomi," kata Imam.
![]() |
Sementara itu, Dr Shofiyullah Muzammil menambahkan para ulama NU tetap mempunyai kepedulian terhadap persoalan bangsa saat ini. Hanya, para kiai mempunyai metode sendiri untuk menenteramkan bangsa.
"Para kiai tak mau menambah suasana panas kebangsaan kita dengan hal-hal yang kontraproduktif. Pesantren soko guru bangsa, NKRI salah satu pilar utamanya adalah pesantren. Maka pesantren berkepentingan menjaga tegaknya NKRI dengan cara pesantren. Yaitu pendekatan pada umat, tidak membodohi dan memanas-manasi umat, melainkan menyadarkan umat bahwa berbangsa itu harus kuat," terangnya.
Pria yang akrab disapa Dr Shofi ini menjelaskan persoalan kebangsaan, ideologi, dan politik yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini berakar pada masalah sistem pendidikan.
"Ada sistem pendidikan yang salah terjadi selama ini. Masyarakat dididik dengan pola yang melahirkan sekulerisme, paham-paham liberalisme, oportunistik, tak ada kepedulian dalam sistem pendidikan kita yang mendidik moralitas anak kita. Kami juga mengkritik pemerintah, ayo perbaiki sistem pendidikan kita, lahirkan output manusia yang cinta pada bangsanya," tandasnya. (ugik/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini