Sumur 7 Beji, Depok, Jawa Barat yang dianggap keramat oleh warga, belum ditetapkan secara resmi sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Depok. Pelestari tujuh sumur tersebut, M Satiri mengatakan biaya pemeliharaan selama ini didapat dari sumbangan pengunjung atau warga yang peduli akan nasib situs peninggalan Mbah Raden Ujud Beji.
Mbah Raden Ujud Beji adalah seorang penyiar agama di Kota Depok di zaman penjajahan Belanda. Tak ada catatan akurat mengenai kisah hidupnya. Namun di TPU Keramat Beji, berdiri bangunan menyerupai rumah yang merupakan makam Mbah Raden Ujud Beji. Tak jauh dari makan, ada sebuah padepokan, tempatnya mengajarkan agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia menilai keberadaan sumur keramat tersebut mulai diketahui masyarakat luas setelah ia dan warga yang turut mengelola berkampanye. Caranya, Satiri membuat beberapa rompi yang bagian belakangnya didesain dengan tulisan 'Situs Cagar Budaya Sumur 7 Mbah Raden Wujud Beji ke-1' pada 2012 silam.
"Karena memang awalnya saya fokus melestarikan yang ada di tanah milik keluarga saya sendiri. Belum intens mengurus enam sumur lainnya," tutur Satiri.
Setelah banyak orang membunuh rasa penasaran dengan berkunjung ke Sumur 7, barulah setahun kemudian satu persatu sumur dipugar, dipasangi pelang tulisan dan dibuatkan prasasti.
"Sekarang tiap sumur dikasih papan nama supaya orang tahu ada cagar budaya. Itu sejak 2013," sambung Satiri.
![]() |
Rencana ke depan, ia akan membuat kolam lele di sebelah sumur pertama untuk dijadikan usaha. Pendapatan dari bisnis lele tersebut akan dialokasikan untuk anggaran pengelolaan sumur.
"Hasilnya ya buat ngurus ini, dari kobak (kolam) untuk kobak," ujarnya. (rvk/rna)