"Sejak ada kabar penggusuran, pengunjung menurun. Kalau jam makan siang memang mulai ramai, hari biasa standar. Tapi paling ramai ya Jumat sampai Minggu, itu bisa sampai antre," ujar pemilik warung makan Lapo Boru Siagian, Paulus Siagian, di Jl Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (18/1/2017).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya setiap hari 80-an, tapi sekarang 40-an. Semenjak naik berita, sambil layanin makanan ada saja yang tanya, bahkan ada yang WhatsApp, saya sampai bingung jawabnya," kata Paulus.
Paulus menyebut warung makan Lapo Boru Siagian sudah menempati lokasi itu sejak 1992. Usaha itu dirintis oleh kedua orang tuanya, yang merupakan pindahan dari Jalan Asia-Afrika.
"Tahun 1984 orang tua dari Medan buka Lapo Boru Siagian di Jalan Asia-Afrika. Karena waktu itu infonya ada KTT Nonblok, para pedagang direlokasi oleh Pemerintah Provinsi dan ditempatkan di lahan ini, Gelora Bung Karno," papar dia.
Paulus menyebut harga sewa di lokasi tersebut termasuk murah Rp 33 ribu/m2. Oleh karenanya, dia bisa menyajikan masakan dengan harga yang relatif miring.
"Di sini memang murah, murah pulalah kita jual ke orang. Untung banyak ya nggak. Kami ada subsidi silang. Kalau sopir taksi makan nambah nasi tetap kami kasih Rp 20 ribu," jelas dia.
Di warung makannya itu, dia dibantu 13 karyawan. Sambil berkelakar, dia meyakinkan bahwa warung makannya lebih murah dibanding tempat lain.
"Di sini makan 16 orang paling Rp 700-800 ribu, itu aja masih ditawarlah karena sesama orang Batak. Aku makan bareng istri dan tiga anak di steak itu kena Rp 700 ribu, padahal ada yang satu porsi berdua," ujar dia sambil geleng-geleng.
![]() |
Paulus menyebut banyak pejabat yang menjadi pelanggannya. Dia mengklaim Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly saat menjadi anggota Dewan adalah langganannya.
"Banyak pejabat, Yasonna Laoly waktu jadi anggota Dewan selalu makan di sini. Sejak jadi menteri sih enggak. Kalau anggota Dewan itu Maruarar Sirait, Ruhut Sitompul selalu duduk di deket kasir, Hotman Paris juga ya kadang mereka seminggu sekali atau sebulan dua kali," ujar dia sambil menunjuk kursi mereka.
(ams/fdn)