"Masyarakat (diimbau) untuk tidak menyembelih atau memakan hewan yang sakit. Kan biasanya hewan yang sakit disembelih lalu dimakan bersama-sama," kata Bambang saat dihubungi, Rabu (18/1/2017).
Bambang menilai masyarakat masih memiliki kebiasaan tersebut dan tak menyadari bahaya di baliknya. Tak hanya itu, dia juga mengimbau masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengakui awalnya belasan warga tersebut diduga digigit serangga tomcat. Namun, setelah dilakukan penelitian laboratorium, diketahui mereka terindikasi antraks.
Sebab, menurutnya, yang biasa terjadi, antraks awalnya bisa terdeteksi dari hewan yang diketahui sakit. Sedangkan yang terjadi di Kulon Progo, awalnya kasus ini diketahui dari warga yang sakit.
"(Tidak langsung terdeteksi karena) dokter juga nggak pernah ada kasus (antraks) sebelumnya. Hari ini kita datangkan ahli dari RSUP Dr Sardjioto untuk meng-update knowledge di puskesmas dan rumah sakit terkait antraks," ulas Bambang.
Diberitakan sebelumnya, 16 warga Dusun Ngroto, Ngaglik, dan Penggung, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, DIY, terindikasi antraks di kulit.
"Gejalanya, kulit melepuh, merah, kering, dan menghitam. Kebetulan semuanya terkena di kulit," kata Bambang.
Bambang menjelaskan antraks pada manusia bisa menyerang kulit, paru-paru, dan pencernaan. Akibatnya akan mematikan jika sudah menyerang paru-paru. (sip/idh)