Hal tersebut disampaikan Menhan Ryamizard Ryacudu seusai rapat tentang bela negara, profesionalisme TNI, dan industri pertahanan pada Kamis (12/1/2017), di kantor Kementerian Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta.
"Kita harus mengupayakan kita membeli industri di dalam negeri kalau industri itu mampu. Kalau belum mampu, kita beli (dari luar negeri), tapi kan ada syarat-syaratnya," kata Menhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Hasil rapim adalah bagaimana kita melaksanakan program dengan sebaik-baiknya. Jadi landasannya adalah kebijaksanaan pemerintah Nawacita, termasuk masalah kemaritiman. Kedua, mewaspadai segala macam bentuk ancaman, ancaman dari luar, ancaman yang sudah berada di dalam," ujar Ryamizard.
"(Ancaman) di dalam itu apa, yang kita ketahui, yang sudah dilaksanakan adalah kemarin, sekarang, dan yang akan datang apa, itu teroris. Karena apa, dia diporak-porandakan di Timur Tengah, di Suriah, dia lari ke mana-mana. Dia lari ke Eropa, di sana masih melaksanakan kegiatan yang kita ketahui semua, di Turki dan lain-lain," lanjutnya.
Dibahas juga masalah radikalisme di Indonesia. Menhan ingin semua pihak mewaspadai gerakan-gerakan radikal.
Terakhir, Ryamizard berkata soal penggunaan uang di lingkungan Kementerian Pertahanan yang dibahasnya dalam rapat. Hasilnya, Menhan ingin penggunaan uang dilakukan dengan cermat karena dia tak mau berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kemudian tadi kita minta ada masalah penggunaan uang, segala macam. Itu harus betul-betul cermat karena saya nggak mau berurusan dengan BPK dan KPK," tutupnya. (gbr/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini