Dari beberapa siswa yang berada di lokasi, ada yang menggunakan motor yang dimodifikasi dengan bak di belakangnya. Mereka menumpangi kendaraan beroda tiga ini bersama warga lainnya.
"Iya, aku naik ini karena banjir. Biasanya aku jalan kaki ke sekolah," kata seorang anak bernama Dina ketika ditemui seusai pulang sekolah di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dengan menumpangi motor bak itu, Dina harus membayar Rp 1.000. Ketika turun dari motor bak itu, Dina menenteng sepatunya.
Hal berbeda dilakukan Nursyifa dan Annisa. Kedua siswi SMP ini menggunakan becak untuk menerjang banjir agar bisa berangkat sekolah.
"Saya mau ke sekolah. Saya masuk siang. Naik becak ini bayarnya bisa Rp 10.000 sampai Rp 15.000," ujar Nursyifa.
Dengan membayar sebanyak itu, dia akan diantarkan hingga jalan raya. Berbeda lagi dengan Dirham. Ia bersama teman-temannya tetap berjalan kaki meski jalan menuju dermaga Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, tengah direndam banjir rob.
Air laut itu membasahi kakinya hingga lewat dari lutut. Mereka tampak riang melintasi jalan banjir. Pantauan di lapangan, juga ada anak-anak yang bermain air. Di antara mereka bahkan ada yang membuka bajunya sembari berenang di air laut yang luber ini.
![]() |
"Nggak apa-apa. Kita jalan kaki aja. Kan udah pulang sekolah," ucap Dirham.
Meski demikian, beberapa orang tua mengeluhkan kelancaran aktivitas selama banjir rob ini terjadi. Selain itu, banjir membuat mereka harus menambah pengeluaran.
"Ya bagaimana? Mungkin cuma ini hiburan anak-anak. Tapi yang pasti pengeluaran bertambah. Harusnya anak bisa jalan kaki atau naik ojek harus naik becak. Motor saya juga kan kalau kena air asin ini bisa gampang karatan, harus rutin perawatan," kata Ketua RT 08 RW 020 Kelurahan Pluit, Samsudin, di lokasi yang sama.
Selain Tanggul Jebol, Banjir Rob di Muara Angke Disebabkan Saluran Mampat
Banjir rob di kawasan Muara Angke sering dihadapi oleh warga. Air laut yang luber ke jalan dan perumahan warga disebabkan oleh banyak hal.
Ketua RT 08 RW 020, Samsudin, mengatakan penyebab utama banjir rob adalah air yang tidak mengalir dengan baik menuju Waduk Kali Adem. Hal ini sudah disampaikan oleh warga kepada pihak Unit Pelayanan Teknis (UPT) Muara Angke beberapa waktu lalu.
"Betul kata Bu RW, sebelumnya, kita memang sudah melakukan pertemuan dengan UPT Muara Angke. Waktu itu kita sudah menduga kalau masalah banjir ini karena saluran air tidak benar. Seharusnya air mengalir sampai ke Waduk Kali Adem. Dan sampai sekarang, penyebabnya masih sama. Kalau aliran air sampai waduk bagus, air nggak akan genang kayak gini," kata Samsudin saat ditemui di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017).
Dia menambahkan penyebab lainnya adalah berkurangnya penampungan air. Hal ini terjadi setelah tambak udang yang ada di sekitar lokasi telah beralih fungsi menjadi parkiran pelelangan ikan baru.
![]() |
"Di sini ada pelelangan baru. Terus rencananya mau ada parkiran untuk di tempat pelelangan ikan yang baru. Akhirnya yang tadinya rumah warga di atas laut dan empang, mau dibangun parkiran. Terus diuruk. Sudah 85 persen jadi," ujar Samsudin.
Kondisi ini, menurutnya, membuat air tidak tertampung dan terserap ke tanah. Samsudin mengatakan, walaupun banjir rob ini menjadi langganan bagi warga Muara Angke, kondisi saat ini lebih parah.
Samsudin melanjutkan di Muara Angke memang sudah ada bendungan yang dibangun. Hanya, tiang pancang yang ditanam atas bendungan tersebut tidak rapat, sehingga air tetap mengalir melalui celah-celah bendungan tersebut.
"Rob air laut kan tambah banyak. Kalau rob air laut kan sifatnya alam. Harusnya dibuat pencegahan, lalu dibuat bendungan. Bendungannya sudah dibuat, tapi nggak rapet, banyak celah. Jadi airnya tetap aja ngalir ke sini," ujarnya.
![]() |
Air lalu meluap hingga menggenangi jalanan dan perumahan warga. Apalagi setelah tembok yang juga menjadi tanggul jebol sepanjang sekitar 15 meter. Warga menyebut tanggul ini sudah jebol sejak Mei 2016. Namun hingga kini belum diperbaiki. Samsudin mengatakan pihak UPT Muara Angke ingin memperbaiki tanggul tersebut. Selain itu, jalan menuju dermaga Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, akan ditinggikan.
"Katanya pihak UPT mau tinggiin jalan, itu di anggaran 2016. Tapi baru mau digarap 2017 ini. Kita terima kasih. Tapi antisipasi kondisi yang sekarang ini gimana? Apa 1-3 bulan bakal banjir terus seperti ini? Harapan warga, tembok jebol dibenerin. Lalu air luber tadi alirannya ke mana harus dipikirin. Karena kalau airnya nggak surut, pasti ada yang mampet nih. Tolong disikapi," harap Samsudin.
Sebelumnya, Ketua RW 020 bersama sekitar 50 warga sudah melakukan pertemuan dengan pihak UPT Muara Angke. Dalam pertemuan itu, mereka membahas solusi penanganan banjir rob. Hanya, penyelesaian tersebut terbentur kesediaan anggaran.
Hingga berita ini ditulis, banjir rob belum surut. Kedalaman banjir ini mencapai 20-40 sentimeter. Kebanyakan warga memanfaatkan becak dan odong-odong untuk melintasi jalan yang terendam air. Beberapa motor yang melintas sempat mogok karena mesinnya terendam air. (jbr/dhn)