"Intinya, yang penting meeting-nya produktif, biayanya efisien. Kalau itu terpenuhi, dibandingkan menggunakan tempat lain nggak apa-apa," kata Anies di Palmerah, Jakarta Barat, Senin (9/1/2017).
Anies enggan berkomentar banyak apakah rapat tersebut termaksud pemborosan apa tidak. "Wah saya nggak tahu itu pemborosan atau bukan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah rapat dinilai Anies dilihat dari hasilnya. Terkadang rapat membutuhkan ruang yang tertutup dan privat. Ini kadang dilakukannya saat menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Sebenarnya begini, sebenarnya kalau buat rapat, itu hasilnya. Dan lihat biayanya, saya nggak tahu biayanya seberapa mahal dia menggunakan itu. Tapi pengalaman saya dulu di birokrasi, kita sering kalau rapat itu harus betul-betul mengisolasi, ada rapat yang dilakukan tanpa interupsi," jelasnya.
Jika rapat digelar di kantor, terkadang ada interupsi yang mengganggu jalannya rapat. Ini yang membuat pihaknya saat itu melakukan rapat di tempat lain.
"Biasanya kalau di kantor selalu saja ada interupsi. Karena itu, biasanya suka dikerjakan, kita biasanya punya tempat, kalau kementerian itu punya mes yang bisa dipakai, lalu mes itu digunakan," ucap Anies.
"Saya nggak tahu di DKI punya apa tidak, kemudian menggunakan kereta api mereka dapat diskon apa tidak, tapi intinya, yang penting meeting-nya produktif," tambahnya.
Jika rapat yang dilakukan tidak produktif dan mengeluarkan biaya yang mahal, rapat tersebut dikatakannya tidak efisien dan efektif.
"Tapi bila itu tidak terpenuhi, itu lebih mahal, maka itu menjadi tidak efisien dan efektif," pungkas Anies. (nvl/imk)











































