Aksi Heroik Pasukan Oranye Saat Evakuasi Korban KM Zahro Express

Aksi Heroik Pasukan Oranye Saat Evakuasi Korban KM Zahro Express

Jabbar Ramdhani - detikNews
Kamis, 05 Jan 2017 18:51 WIB
Aksi Heroik Pasukan Oranye Saat Evakuasi Korban KM Zahro Express
Foto: Jabbar Ramdhani/detikcom
Jakarta - Pasukan oranye ikut dalam proses evakuasi penumpang korban terbakarnya Kapal Wisata KM Zahro Express. Pada proses evakuasi itu terselip cerita haru dari para petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan Pemprov DKI Jakarta.

Ketika KM Zahro terbakar, secara kebetulan para petugas sedang berangkat menuju Kepulauan Seribu. Mereka menumpangi enam KM Laut Bersih, yaitu KM 07, 08, 29, 31, 32, dan 33.

"Kebetulan kita memang yang paling dekat. Kita ada di jarak sekitar 400 meter atau 0,25 mil dari KM Zahro Express yang terbakar," kata nakhoda KM Laut Bersih 08, Samsudin, di Dermaga Pelabuhan Kali Adem Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (5/1/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika itu, Samsudin mengatakan kondisi KM Zahro Express sudah terbakar. Penumpang yang ada di atas kapal pun sudah banyak yang melompat ke laut.

Lalu keenam kapal itu pun mendekat ke KM Zahro Express sekitar 20 meter. Keenam kapal lalu membentuk formasi melingkar untuk mengurangi arus dan ombak laut. Sehingga para penumpang dapat berenang ke kapal-kapal.

"Sekitar 10 menit mereka berenang mendekat ke kita. Kita tetap di tempat karena ada kepala orang. Takutnya kena baling kapal propeler atau tertabrak kapal," ujar Samsudin.

Dia mengatakan petugas pun ikut menceburkan diri ke laut. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi. Karena di antara korban yang melompat ke laut ada yang tidak mengenakan jaket pelampung.

Hal senada diucapkan oleh nakhoda KM Laut Bersih 32, Maruli Sijabat, di lokasi yang sama. Karena kondisi tersebut, akhirnya prioritas pertolongan diberikan kepada korban yang tidak menggunakan pelampung.

"Banyak yang tidak pakai life jacket. Ada yang dipakai, ada yang dipeluk. Ada yang dipakai berdua. Saya arahkan yang di kapal-kapal untuk mendahulukan yang tidak pakai life jacket. Kita juga sebarkan life jacket itu ke laut, berenang anak buah kita," ucap Maruli.

Setelah itu, para korban diangkat ke atas kapal. Selain KM Laut Bersih, ada kapal lain yang ikut membantu, seperti kapal nelayan, pemancing, juga kapal patroli Dinas Perhubungan yang datang setelah mendapat laporan.

Di antara korban, ada yang kesulitan saat diangkat ke atas kapal. Maruli menggunakan alat pengangkut sampah di kapalnya yang bernama conveyor.

Banyak korban yang terpisah dengan anggota keluarga mereka ketika mereka melompat ke laut. Namun, di antara para korban juga ada yang ikut membantu korban lainnya.

"Yang kita tolong, banyak anak-anak. Kita tolong anak-anak, bapaknya tidak ada. Ada kita tolong bapak-bapak, istrinya tidak ada," kata Maruli.

"Ada juga yang bapak-bapak selamatin anak orang, tapi anak dia tidak ada. Ada 5-6 orang yang kita tolong tapi orang tuanya tidak ada," tambahnya.

Di antara korban yang diangkat ke atas kapal, setidaknya ada 3 orang yang sudah tewas. Mereka terdiri atas seorang perempuan dan dua orang laki-laki. Ketika dievakuasi, para korban tidak mengenakan jaket pelampung.

"Di atas KM 07, waktu korban sudah dibawa ke atas, ada ibu-ibu yang sudah meninggal. Itu anaknya di sampingnya menangis karena ibunya sudah meninggal," kata salah seorang petugas kebersihan pesisir yang ikut mengevakuasi korban, Ucok.

Rasa sedih tidak hanya dialami oleh korban. Petugas dari KM Laut Bersih pun ada yang ikut menangis karena terpisahnya korban dari keluarga. Bahkan ada petugas yang kemudian berhenti membantu karena sedih melihat kondisi korban.



Ketika evakuasi dilakukan, para korban banyak yang mengalami luka bakar. Mereka pun langsung dipindahkan ke kapal patroli Dishub untuk secara cepat dibawa ke dermaga agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Kondisi para korban saat itu, menurut Samsudin, sudah lemas dan banyak yang mengalami trauma. Sebab, diperkirakan mereka sudah berada di laut lebih dari 20 menit.

"Jadi kita kelilingi 6 kapal itu untuk nutup arus laut. Kalau terlambat 10 menit, bisa-bisa cuma bertahan 25 persen. Karena air dingin, arus juga kencang. Karena mereka juga sudah di laut 20 menit," ujar Maruli. (jbr/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads