"Lagi diam, lagi biasa lagi lihat-lihat. Tiba-tiba ada yang 'ngasih' tahu gitu penumpang, api-api, api-api," ujar Wisnu di Rumah Sakit Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (1/1/2016).
Sesaat setelah mendengar teriakan api, tiba-tiba api besar muncul. Beberapa orang yang dilihatnya mencoba memadamkan. Namun usaha itu sia-sia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para penumpang kapal langsung panik. Hal ini ditambah kondisi kapal yang langsung miring. Mereka kemudian ada yang langsung melompat dan ada yang masih enggan untuk terjun ke laut.
"Ada yang langsung terjun juga, ada yang nunggu dulu, kan bingung juga soalnya pelampung itu di bawah. Sedangkan posisinya di bawah itu kebakar. Jadi nggak mungkin balik lagi ke bawah," jelasnya.
Kebanyakan penumpang langsung melompat walaupun tanpa pelampung. "Rata-rata sih inisiatif sendiri karena kondisinya sudah (terbakar), mau diam kita juga mati konyol," imbuhnya.
Pelampung kapal saat itu berada di bagian bawah kapal yang sedang terbakar. Kebanyakan penumpang yang berada di bagian bawah panik dan langsung menuju ke atas.
"Soalnya kan, jadi karena ledakan, kita nggak sempat mikirin ngambil pelampung. Jadi bawaannya pingin buru-buru pingin naik ke atas. Soalnya itu kan ledakannya di tengah, di dalam," katanya.
Saat penumpang telah banyak yang terjun ke laut, sebagian orang yang masih di atas kapal langsung melemparkan gabus untuk pelampung. "Jadi kapal langsung miring, tapi untungnya di atas ada kayak gabus-gabus gitu, jadi dilemparin ke laut," kisahnya lagi.
Pria asal Bogor itu mengalami luka bakar di bagian tangan. Rekan lainnya yang turut menjadi korban ada yang meninggal dan ada juga yang masih dalam pencarian. Seorang rekan wanitanya juga mengalami luka bakar serius.
"Luka saya sih cuma di tangan saja, paling ini (rekan wanita) full. Luka bakarnya karena semburan api. Nggak tahu gas nggak tahu apa, pokoknya api sembur," sebutnya. (idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini