"Seluruh ikhtiar mengisi pembangunan harus dijiwai dan diorientasi untuk membentuk konsensus nasional, bukan malah mempertajam perbedaan. Takdir bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk, plural, multietnis, dan multiagama harus disyukuri sebagai berkah untuk saling berlomba memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara, bukan menuntut yang lebih banyak," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj saat membacakan refleksi akhir tahun 2016, di Kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta, Jumat (30/12/2016).
PBNU mengingatkan pemerintah agar bersikap tegas terhadap kelompok radikal. Kelompok itu dianggap berbahaya untuk keutuhan NKRI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perpecahan gampang sekali terjadi di media sosial (medsos). Pengguna medsos tidak arif menggunakan akun medsos-nya.
"Media sosial bukan wahana penyebar fitnah dan konteks permusuhan. Gerakan digital literacy (melek digital) perlu digalangkan, termasuk melalui instrumen pendidikan formal, agar dunia maya berfungsi konstruktif sebagai agen kohesi sosial," ucap Said. (aik/rvk)











































