Sesuai namanya, dia lahir tepat ketika umat Nasrani merayakan hari Natal, tepatnya 25 Desember 1962.
"Iya benar, itu nama saya," kata Slamet di kediamannya, Selasa (27/12/2016). Slamet bergegas mengambil kartu tanda penduduk (KTP) untuk menunjukkan bahwa namanya itu asli sesuai dengan data kependudukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: M Aminudin/detikcom |
Dia menceritakan bagaimana proses pemberian namanya. Slamet, putra pertama pasangan Syamsuri dan Ngatinah, merupakan asli warga Poncokusumo. Di saat akan melahirkan, ibu Slamet berangkat menuju sebuah poliklinik desa setempat. Ketika proses kelahiran selesai, seorang bidan yang mendampingi menyarankan agar bayi laki-laki yang dilahirkan diberi nama Slamet Hari Natal.
"Karena bertepatan dengan hari Natal. Itu cerita ibu (almarhum) saya begitu," kata Slamet.
Mulai bayi sampai dewasa, Slamet jarang sekali menjadi perhatian karena nama uniknya. Baru setelah menikah, Slamet seringkali jadi guyonan karena nama uniknya.
"Saya dipanggil Slamet (Yesus) oleh orang kampung. Nama itu dicantumkan ketika mendapatkan undangan dari warga," bebernya.
Bagi Slamet, apa pun namanya, tidak masalah, karena orang tuanya sendiri yang memilih nama itu. Tidak ada kaitan dengan agama, karena keluarga Slamet adalah pemeluk Islam.
"Tidak masalah, kami baik-baik saja. Dulu saya tahunya nama Bapak ya Slamet. Ketika mengetahui yang sebenarnya ya lucu serta heran," tutur Setyowati, istri Slamet.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Pasangan Slamet dan Setyowati dikaruniai tiga orang anak serta empat cucu. Putra bungsunya menjadi anggota TNI AD.
"Guruh, putra bungsu saya, dinas di Brigif 24, Kalimantan," sebut Slamet sambil menunjukkan foto putranya. (bdh/trw)












































Foto: M Aminudin/detikcom
Foto: M Aminudin/detikcom