Acara yang diselenggarakan di kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa (27/12/2016) ini diisi dengan doa bersama dan pembacaan riwayat hidup KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur. Tampak beberapa tokoh yang hadir antara lain Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, Rizal Ramli, pelawak Kirun, Ki Enthus Susmono, Nursyahbani Katjasungkana, Maha Bhiksu Dutavira Stavira, dan Marwan Jafar.
Muhaimin menyebut ada enam pelajaran yang didapat selama mengikuti Gus Dur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak hal yang kita pelajari, salah satunya ketauhidan. Ketauhidan Gus Dur di atas levelnya, istilahnya tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih. Jika kita tanya manusia siapa yang pernah paling menderita, ya Nabi Muhammad, yang lahir sudah yatim dan mendapat banyak gangguan. Gus Dur juga waktu zaman Orba sama sampai mau ziarah ke makam ayahnya di Jombang enggak bisa, ditutup itu mau ke makam ayahnya," imbuhnya.
Sementara itu, Nursyahbani Katjasungkana mengungkapkan, dirinya mengenal Gus Dur melalui tulisan-tulisan beliau. Tulisan itu pun menjadi bahan diskusi.
"Saya tahu Gus Dur sejak saya masih mahasiswa. Saya baca-baca media massa, ada tulisan beliau. Kemudian, saya diskusi dengan kakak saya, dia bilang kalau pemikiran Gus Dur ini bagus dan akan menjadi presiden pada masa yang akan datang," ujar Nursyahbani.
Ki Enthus Susmono tampil beda dibanding tokoh lain. Dia bercerita menggunakan media wayang golek. Menurutnya, Gus Dur seperti halnya sebuah samudra.
"Gus Dur itu seperti segara, seperti samudra. Apa saja yang kotor tidak akan bisa mengotori samudra, tidak bisa mengotori Gus Dur. Ya karena yang kotor pasti langsung disingkirkan oleh Gus Dur," ujarnya.
(imk/imk)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
 