Ada Kandungan Merkuri dalam Vaksin Palsu, BPOM: Amat Berbahaya

Sidang Kasus Vaksin Palsu

Ada Kandungan Merkuri dalam Vaksin Palsu, BPOM: Amat Berbahaya

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Jumat, 23 Des 2016 04:53 WIB
Sidang kasus vaksin palsu. Foto: edo/detikcom
Jakarta - Dalam persidangan lanjutan vaksin palsu di PN Bekasi Kota, keterangan ahli BPOM menyatakan kandungan 10 ppm merkuri dalam vaksin sangat berbahaya. Meskipun merkuri yang digunakan tersebut sejenis pengawet, namun harus sesuai dengan ambang batasnya.

Sebagaimana diketahui, dari persidangan yang lalu terungkap hasil uji laboratorium bahwa kandungan vaksin palsu jenis Tripacel mengandung zat logam merkuri. Bahkan, jumlahnya teridentifikasi hingga 10 part per million (ppm). Pembuatan vaksin bagi imunitas bayi dan balita sejatinya menggunakan kandungan merkuri sebagai pengawet. Namun, merkuri yang digunakan adalah sejenis etil merkuri atau tiomersal atau yang dikenal sebagai garam merkuri.

"Terhadap Kusmiati selaku apoteker dan ahli, saya ingin tahu kandungan merkuri seandainya ada di dalam tripacel, saya ingin ketegasannya apabila 10 ppm itu masuk dalam itu dampaknya bagaimana," ujar jaksa penuntut umum Andi Adikawira dalam persidangan di PN Bekasi Kota Jalan Pramuka, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Kamis (12/22/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk pengawet saja tidak boleh melebihi batas, lebih dari itu kualitas vaksin tidak akan memenuhi standar. Sedangkan logam merkuri untuk kosmetik saja berbahaya, apalagi untuk vaksin," jawab Kepala Pengujian Laboratorium BPOM, Kusmiyati

Lebih lanjut Andi mengatakan, berdasarkan keterangan ahli dari BPOM di sini, ada kemungkinan vaksin tercemar zat logam merkuri dari proses produksi. Sebab, proses produksi tersebut tidak memenuhi standar.

"Mereka memproduksi di rumah, vaksin dicampur dengan aquades, bisa saja campuran aquadesnya tercemar sehingga vaksin pun memiliki kandungan logam merkuri," lanjut Andi.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan Mutu Produksi BPOM Nani Handayani menyampaikan, dalam proses pembuatan vaksin, untuk menjaga mutu keawetan vaksin, biasanya industri farmasi menggunakan bahan tiomersal atau etil merkuri agar kualitas tahan lama. Namun, pembubuhan etil merkuri ini memiliki ambang batas 0,01 persen.

"Pembubuhan garam merkuri ini ditambahkan dalam proses formulasi vaksin, namun tidak boleh melebihi ambang batas yang sudah diatur," papar Nani.

Nani mengatakan, pembuatan vaksin harus steril, bahkan sampai pada komposisi penggunaan air. Industri farmasi dijelaskannya harus memiliki standar Cara Pembuatan Obat yang Benar (CPOB), baik dari personel, sistem, komposisi, maupun tempat pembuatan vaksin.

"Komposisi yang digunakan bila sesuai dengan CPOB harus memiliki risiko minim tercemar zat lain dan mikroba," tukas Nani. (ed/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads