Survei Litbang Kompas dilakukan menggunakan metode tatap muka dengan 800 responden yang punya hak pilih di 5 kota dan 1 kabupaten di Provinsi DKI dalam kurun waktu 7-15 Desember 2016. Responden minimal berusia 17 tahun yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis.
Jumlah responden di setiap wilayah ditetapkan secara proporsional. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, nirpencuplikan penelitian plus-minus 3,46 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu ditanya soal hasil survei yang dilakukan Kompas, masing-masing calon Gubernur DKI punya gaya dan jawaban masing-masing. Cagub nomor urut 1, Agus Yudhoyono, mengaku bersyukur terhadap hasil itu. Kendati memimpin hasil survei, Agus mengaku tetap fokus memenangi hati rakyat.
Mengetahui elektabilitasnya disalip oleh Agus Yudhoyono, Ahok menyebut dirinya tidak ingin salip-menyalip soal elektabilitas. Ia lebih memilih hasil resmi dari KPU pasca pemungutan suara pada 15 Februari 2017.
Sedangkan Anies Baswedan menggunakan istilah dari fenomena yang tengah viral saat ini untuk menggambarkan hasil survei, yakni 'Telolet'. Berada di posisi paling buncit, Anies mengatakan pihaknya lebih memercayai survei yang dilakukan internal. Ia juga mengkritisi survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas.
Berikut ini ulasan tanggapan para cagub DKI terhadap hasil survei Kompas.
Agus: Saya Fokus Menangi Hati Rakyat
Foto: Ari Saputra
|
"Sama seperti tanggapan saya terhadap survei-survei sebelumnya, Alhamdulillah, tapi sekali lagi tentu itu adalah survei dan tugas saya memenangkan hati rakyat, pikirkan rakyat sebanyak-banyaknya," kata Agus di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (21/12).
Agus mengaku tujuannya memenangi hati rakyat adalah sekaligus memenangi kontestasi Pilkada DKI 2017. Hal itu juga agar hasil survei sebelum-sebelumnya dapat terkonversi menjadi suara nyata.
"(Memenangkan hati rakyat) sehingga apa yang tertulis hasil survei terkonversi dengan baik menjadi suara riil, nyata yang nanti tanggal 15 Februari memilih Agus-Sylvi," kata Agus.
Tak Mau Salip, Ahok Ingin Langsung 'Lompat'
Foto: Bisma Alief/detikcom
|
"Kita harus kerja keras saja," kata Ahok seusai blusukan di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).
"Saya enggak tahu cara menyalip. Kalau di dalam agama Kristen, enggak boleh menyalip-menyalip," lanjutnya.
Saat ditanya apakah dirinya rela kalah begitu saja oleh Agus, Ahok pun memberikan penjelasan. Ahok kembali menjawab dengan bercanda.
"Kita enggak mau nyalip, maunya lompat saja," canda Ahok.
Ahok sendiri tidak mau ambil pusing soal hasil survei. Dirinya lebih memilih menunggu sampai 15 Februari 2017 untuk kepastian nasibnya.
"Sudah tunggu saja tanggal 15 (Februari 2017)," tutup Ahok.
Anies: Banyak Survei yang 'Telolet'
Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom
|
"Jauh sekali (survei Litbang), makanya kita heran tapi nggak apa-apa. Kita seperti kalau balapan lari ini dipotret saat tiga calon lumayan dekat dalam margin," ujar Anies di Jalan Pulonangka, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12)
"Tapi yang penting itu bukan nomor satu atau dua di tanggal 21 Desember. Yang penting itu nomor satu atau dua di 15 Februari. Karena itulah yang menentukan hasil. Bukan hari ini," tambahnya.
Sambil berkelakar, Anies menggunakan fenomena 'Om Telolet Om' untuk menggambarkan survei yang sering kali diadakan sejumlah lembaga saat ini.
"Iya, survei juga ada yang telolet, memang telolet. Ada banyak jenis telolet. Saya lihat survei juga banyak telolet," ujar Anies sambil tertawa setelah berdialog dengan warga di Jalan Bambu, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (21/12).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga mengkritisi hasil survei Litbang Kompas yang mengakibatkan suaranya jauh turun dari survei lain. Pihaknya merasa sangat ganjil atas survei yang telah dipublikasikan tersebut.
"Kalau sekarang itu lihat hasil Kompas nggak stagnan tuh, hilang. Saya juga heran. Kalau untuk hilang itu ya diperlukan sebuah peristiwa besar. Kalau nggak ada peristiwa besar dan hilang, saya nggak tahu hilangnya di mana," ucapnya.
Halaman 4 dari 4
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini