"Iya, survei juga ada yang telolet, memang telolet. Ada banyak jenis telolet. Saya lihat survei juga banyak telolet," ujar Anies sambil tertawa usai berdialog dengan warga di Jalan Bambu, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (21/12/2016).
Dalam beberapa waktu belakangan, Anies memang mempertanyakan rutinnya survei Pilgub DKI 2017. Dia juga mengajak warga untuk kritis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang saya enggak tahu (berapa biayanya). Saya banyak mengerjakan survei di 2006-2007, biayanya mahal. Kalau begitu ada yang menyelenggarakan survei terus-menerus, maka tanyakan ada apa di balik ini," kata Anies kepada wartawan kemarin.
Kemarin memang dirilis survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipimpin Denny Januar Ali (Denny JA). Di survei tersebut, Anies berada di posisi terbawah.
Anies tidak begitu khawatir dengan survei LSI Denny JA yang menempatkannya pada posisi buncit. Dengan jumlah responden hanya 400an, Anies menilai terlalu prematur untuk disimpulkan.
"Dengan angka segitu (respondennya), saya rasa terlalu prematur untuk melakukan kesimpulan. Bahkan menemukan komposisi dengan angka dengan 400 responden itu gambaran kasar sekali," ujarnya.
Hasil survei LSI Denny JA itu dikatakan Anies tidak dapat digunakan untuk bekerja di kampanye Pilgub DKI Jakarta. "Kalau orang bekerja di sebuah kampanye dia tidak akan menggunakan data itu," imbuhnya.
Hari ini, ganti Litbang Kompas yang merilis survei dan Anies kembali ada di posisi ketiga. Dia kemudian mempertanyakan suara untuk dia dan Sandiaga yang 'hilang'.
"Kalau sekarang itu lihat hasil Kompas nggak stagnan tuh, hilang. Saya juga heran. Kalau untuk hilang itu ya diperlukan sebuah peristiwa besar. Kalau nggak ada peristiwa besar dan hilang, saya nggak tahu hilangnya di mana," ucap Anies hari ini.
(imk/elz)