"Produk keagamaan berupa Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara dan Terjemahan Alquran Bahasa Daerah merupakan produk yang sangat bermanfaat bagi umat beragama, khususnya, dan bagi bangsa Indonesia, umumnya. Apalagi dalam rangka penguatan budaya Nusantara dan penguatan karakter bangsa," kata Lukman Hakim dalam sambutannya di Kantor Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (19/12/2016).
Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara ini berisi pengenalan pemuka semua agama yang disebutkan dalam konstitusi, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Lukman berharap buku ini bermanfaat sebagai penyediaan data dan informasi mengenai sejarah hidup pemuka agama dalam berbagai aspeknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan terjemahan Alquran dalam bahasa Batak Angkola, bahasa Toraja, dan bahasa Mongondow, ia menyatakan hal ini sangat penting bagi umat Islam di daerah. Itu disebabkan oleh beragamnya budaya dan bahasa yang ada di Indonesia serta masih adanya masyarakat yang belum akrab dengan bahasa Indonesia.
"Ternyata di antara warga Indonesia masih banyak yang tidak akrab atau bahkan tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Atas dasar realitas kultural seperti ini, maka program penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa daerah menjadi sangat diperlukan kehadirannya bagi masyarakat Indonesia yang tengah bergiat membangun karakter dan melakukan revolusi mental," lanjutnya.
Lebih lanjut ia menuturkan ada dua poin yang harus digarisbawahi terkait dengan peluncuran ini. Pertama, ia berharap Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam upaya penciptaan tata hubungan yang kondusif antarumat beragama dalam rangka penguatan NKRI.
"Kedua, Terjemahan Alquran Bahasa Daerah diharapkan ke depan dikembangkan dalam upaya penguatan pelayanan keagamaan dan kebudayaan serta mengondisikan terwujudnya 'Islam Nusantara' untuk NKRI," ujar Lukman.
Ia juga menambahkan bahwa ke depannya akan ada tambahan terjemahan Alquran dalam bahasa daerah menjadi 12 bahasa. "Anda lihat sekarang ada sembilan. Awal tahun tambah tiga itu Bali, Ambon, dan Banjar menjadi 12. Nanti lihat kebutuhannya bahasa mana lagi," tandasnya. (HSF/tor)











































