Kemhan: Perang Modern Bisa Membelokkan Pemahaman Ideologi Negara

Kemhan: Perang Modern Bisa Membelokkan Pemahaman Ideologi Negara

Arief Ikhsanudin - detikNews
Minggu, 18 Des 2016 15:44 WIB
Sekjen Kemhan Laksamana Madya Widodo/Foto: Arief Ikhsanudin
Padang - Perang ideologi dan pemikiran menjadi bagian dari perang modern. Perang modern ini bisa dicegah dengan program bela negara.

"Esensi dari program bela negara adalah bagaimana menanamkan dan menumbuhkan kesadaran bela negara kepada seluruh rakyat Indonesia. Sehingga, setiap rakyat memiliki sikap dan sikap rela berkorban demi bangsa dan negaranya," ujar Sekjen Kemhan Laksamana Madya Widodo.

Widodo membacakan materi dari Menhan Ryamizard Ryacudu yang berhalangan hadir dalam kuliah umum di Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (18/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di depan ratusan mahasiwa, Widodo mengingatkan perang modern yang saat ini sedang berlangsung. Perang itu adalah perang ideologi dan pemikiran.

"Perang modern itu mempengaruhi hati dan pikiran rakyat untuk membelokan pemahaman terhadap ideologi negara," kata Widodo.

Perang modern tersebut, lanjut Widodo, salah satu strateginya adalah melakukan adu domba antarmasyarakat Indonesia. Namun, tujuan akhir adalah menguasai sektor ekonomi.

"Muara akhir perang modern ini adalah menguasai sumber-sumber perekonomian, termasuk menguasai sistem tata kelola dan aturan hukum negara," jelas Widodo.

"Strateginya murah meriah, modal sarana media-media dan kata-kata tertentu, masyarakat terpengaruh mengikuti paham yang disebarkan," sambungnya.

Sementara itu Gubernur Sumbar Irwan Prayitno membanggakan perjuangan masyarakat Sumbar dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satunya peristiwa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi.
 Kemhan: Perang Modern Bisa Membelokkan Pemahaman Ideologi NegaraFoto: Arief Ikhsanudin/detikcom

Peristiwa itu terjadi pada 19 Desember 1948. Peristiwa itu pun diperingati sebagai Hari Bela Negara.

"Ini (hari bela negara) diangkat dari sebuah cerita meneruskan Republik Indonesia saat Presiden (Soekarno), Wakil Presiden (Moh. Hatta), dan pejabat negara ditangkap Belanda. Ada mandat untuk membuat pemeritah darurat yang ibu kotanya berada di Bukittinggi," kata Irwan dalam sambutannya.

Irwan mengatakan, PDRI adalah hasil perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan Republik Indonesia. Mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

"Para pejuang dari Sumatera Barat dan lainnya membela negara dan mereka banyak yang mati," kata Irwan.

Irwan pun berpantun di hadapan peserta terkait program bela negara.

"Pergi memancing di pantai, di pinggir tebing. Ombaknya besar tak pernah jera. Membela negara bukan hanya perang, menjaga NKRI juga membela negara," kata Irwan.

(ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads