Suatu sore, saya berkunjung ke sebuah museum di wilayah tengah negeri ginseng, kota Nonsan. Sungguh aneh, karena museum itu begitu sepi dengan listrik yang tidak menyala. Namun jelas, tertera di bagian depan, bahwa tempat menyimpan benda bersejarah itu sedang "buka".
Tanya kanan-kiri akhirnya jadi tahu bahwa museum itu tidak dijaga manusia atau binatang, namun dipercayakan pada kecanggihan peralatan. Saat masuk ruangan, listrik, musik dan pemanas otomatis hidup. Ketika mau nonton film dokumenter tinggal tekan tombol. Di atas semua itu CCTV mengawasi semua gerak-gerik pengunjung. Aman dan terkendali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: M Aji Surya/detikcomKota Nonsan, Korsel |
Ada cerita lagi. Seorang warga negara asing berkenalan dengan gadis Korea. Setelah casciscus dan makan bareng, maka diajaklah sang gadis berkaraoke ria. Mungkin sudah tidak tahan, tangan si asing ini sedikit usil. Seruduk sana-sini.
Sampai selesai acara seolah tidak ada masalah. Aman-aman saja. Ketika masuk hotel yang bersangkutan baru dicokok polisi karena dianggap melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang terekam jelas melalui kamera. Kisaran setengah tahun, sang warga asing itu, harus ribet dengan urusan pengadilan.
Masih soal karaoke. Awal tahun ini, beberapa warga kita yang pulang dari ruang bernyanyi di kota Ansan, terlibat perselisihan. Tidak selesai dengan mulut, akhirnya diakhiri dengan pertumpahan darah. Dua orang terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat bocor bagian tengkuknya, sementara para pelaku kabur berhamburan di pagi buta itu.
Selang satu bulan, satu per-satu mereka yang terlibat dipanggil polisi dan sebagian ditahan, diinterogasi serta dibawa ke meja hijau. Setelah ada keputusan pengadilan, mereka langsung dideportasi. Hilang pekerjaan, hilang penghasilan. Semua karena mata CCTV yang tidak pernah tidur.
Di jalan-jalan kota di Korea, nyaris sulit mendapati polisi. Memantau kecepatan cukup dengan alat deteksi. Yang melanggar lampu merah akan "ditangkap" CCTV. Dijamin selang beberapa waktu, surat denda akan mampir ke rumah Anda.
Foto: M Aji Surya/detikcomPapan tanda lingkungan diawasi CCTV |
Di taman-taman, pantai, hingga di pojokan gunung tempat manusia sering lewat, selalu saja ada CCTV. Bila listrik tidak tersambung maka cukup menggunakan energi matahari. Dengan demikian maka keamanan lebih terjaga dan warga merasa nyaman.
CCTV sudah jamak dimana-mana, termasuk di Indonesia. Biasanya hanya dipakai untuk keamanan kantor atau rumah. Di tempa-tempat umum belum terlalu banyak. Memang, dibutuhkan dana yang lumayan banyak untuk pengadaannya. Namun bila nanti sudah seperti di Korea, dipastikan tak ada lagi polisi yang dicakar warga di jalanan.
*M Aji Surya adalah WNI yang tinggal di Seoul, Korsel (try/try)












































Foto: M Aji Surya/detikcom
Foto: M Aji Surya/detikcom