"Kawasan itu termasuk daerah yang kerentanan gerakan tanahnya tinggi," kata penyelidik bumi PVMBG, Herry Purnomo, kepada detikcom, Rabu (14/12/2016).
Fenomena alam itu terjadi di Terbis, Panggul, Trenggalek, utamanya di Dusun Krajan dan Dusun Dulur pada Selasa (13/12) sore. Lebar retakan bisa mencapai 30 centimeter dengan kedalaman 2 meter. Sudah ada 19 rumah plus satu musala yang rusak. Total ada 50 hektare tanah retak, terdiri dari 30 hektare perkampungan dan 20 hektare pekarangan dan sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah PVMBG pada Desember 2016, daerah Terbis itu memang rawan, tergolong sebagai zona menengah sampai tinggi dalam hal tingkat potensi terjadinya gerakan tanah.
"Retakan itu terjadi saat hujan," kata dia.
Daerah itu berlokasi di lereng. Tanahnya berpotensi terkena erosi. Awal tanah terbelah adalah berupa aktivitas pergerakan tanah yang merayap pelan-pelan, timbul retakan, dan akhirnya berujung longsor. Dari analisis PVMBG, ada empat faktor yang menjadi penyebab tanah retak di Trenggalek.
Pertama, sifat fisik tanah pelapukan yang tebal. Kedua, tanahnya bersifat gembur. Ketiga, tanahnya mudah menyerap air sehingga tanah menjadi jenuh saat hujan mengguyur dan terus-menerus dan akhirnya tanah menjadi bergerak. Keempat, kondisi lereng terjal.
"Diperkirakan ada bidang gelincir antara lapisan tanah pelapukan dan batuan dasar," kata Herry.
Bila hujan mengguyur, tanah yang gembur itu akan bergerak tergelincir dari batuan dasar. Timbullah retakan dan disusul longsor. Ini tak ada hubungannya dengan lempengan tektonik.
"Bisa juga vegetasi atau tumbuhan, pohon-pohon besar ditebangi dan memicu longsor," imbuh Herry.
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini