"Jangan tiba-tiba anak-anak ini belajar mengaji atau kitab. Tapi terpenting proses pembentukan akhlak," jelas Bupati Dedi di Gedung Yudistira Pemkab Purwakarta, Selasa (13/12/2016).
Dedi mengungkapkan, metodelogi pengajaran yang saat ini berkembang di Indonesia hampir semua serba instan. Para pelajar tidak lagi mengenal diri mereka sendiri dan lingkungan, melainkan langsung pada materi tanpa memahami isi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata dari situ ada transendensi ilmu antara guru pada murid. Mulai dari proses bagaimana kita belajar wudhu sampai membuat alat menunjuk huruf Alquran yang terbuat dari bambu. Dari berwudhu dan buat alat menunjuk saja itu sudah masuk proses mengaji," tuturnya.
Sehingga Dedi pun meminta para guru khususnya yang muslim mulai mengajar dari tata cara berwudhu yang baik, memulai kegiatan dengan kondisi kelas yang bersih, membuat alat penunjuk huruf secara kreatif, dan terakhir belajar secara baik.
"Saya tidak ingin anak-anak pintar baca, tulis, dan kajian tapi tidak ada isinya. Lebih baik biasa-biasa saja tapi bisa mengerti isi dan makna dari sebuah pelajaran. Inilah metedologi pembentukan karakter yang aplikatif dengan guru yang kreatif," beber Dedi.
Salah satu 'goal' yang ingin dicapai dari metode pembelajaran ini, lanjut Dedi, adalah pelajar bisa membentuk karakter pribadi yang taat agama dengan mematuhi hukum agama. Sehingga kelak jiwa nasionalisme dan toleransi akan tumbuh secara alamiah.
Di tempat yang sama Kadisdikpora Kabupaten Purwakarta, Rasmita N Sanusi mengatakan, sejauh ini sudah terseleksi sebanyak 367 tenaga pengajar Islam, 17 pengajar protestan, tiga katholik, tiga hindu, dan tiga budha.
"Desember ini disebutnya masa orientas pengenalan tenaga pengajar dengan sekolah. Mulai efektifnya pada Januari 2017 nanti," katanya.
Seperti diketahui mulai Desember 2016 ini Pemkab Purwakarta membuat kurikulum baca, tulis, dan kajian Alquran dan kitab kuning bagi pelajar muslim dan kitab-kitab keagamaan bagi pelajar non muslim. Pendidikan tersebut terpisah dari pelajaran agama kurikulum nasional karena bersifat lebih aplikatif.
Selain membuat kurikulum tersebut, mulai tahun ini pemerintah pun menyiapkan ruang ibadah seluruh agama di setiap sekolah meski pun terdapat satu pelajar yang agamanya berbeda. Rencananya tahun depan pembuatan ruang ibadah tersebut akan selesai 100% berbarengan dengan pembuatan satu toilet dalam satu kelas di seluruh SD dan SMP di Kabupaten Purwakarta. (ega/ega)











































