Pendiri SMRC, Saiful Mujani mengatakan, survey dengan tema 'Protes Massa dan Kepemimpinan Nasional, Sebuah Evaluasi Politik' ini dilakukan pada 22-28 November 2016. Dari sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada 1.220 responden dengan metode wawancara langsung itu, diketahui ada 40,7% masyarakat percaya aksi 4-11 penuh kepentingan.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saiful mengatakan, aksi 4-11 itu sudah menjadi satu isu skala nasional. Meski titik permasalahan ada di Jakarta, tapi tingkat partisipasi masa dan perhatian yang tersebar menjadikan aksi itu sebagai masalah nasional.
"Kami bertanya, apakah bapak/ibu mengetahui ada demo pada 4 November? 79% menjawab tahu, 21% menjawab tidak. Dugaan kita bahwa demo itu bersifat nasional, betul," ungkap Saiful.
Dalam survey itu, kata Saiful, framing penelitian yang digunakan yakni ungkapan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) berkaitan dengan surat Al Maidah ayat 51 yang dimaknai (sebagian orang) sebagai penistaan Al-Quran dan agama.
"Kemudian sasarannya menjadi meluas, framingnya bukan hanya Al Maidah, muncul framing lain bahwa Presiden melindungi Ahok dari kemungkinan dia dipidana. Dipenjara. Isunya logis, orang minta Presiden tidak intervensi," urai Saiful.
"Kesan besar dan kuat yang muncul, legitimasi Presiden dipersoalkan. Di mana mereka pernah kerjasama, logis kalau masyarakat mikir Presiden mungkin lakukan intervensi," imbuhnya.
Meski demikian, Saiful mengatakan aksi itu bukan merupakan protes masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi. Sebab, mayoritas masyarakat merasa puas dengan kepemimpinan Jokowi.
"Masyarakat puas, tidak ada hubungan demo dengan Jokowi. Kalau ada yang mengaitkan, itu hanya mengait-ngaitkan," katanya.
Sedangkan penyelenggara aksi, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI menyatakan aksi itu murni untuk mendorong kepolisian agar menetapkan Ahok sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama.
(kst/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini