Dalam acara sekaten, dua perangkat gamelan yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dikeluarkan untuk dibunyikan. Dua buah gamelan laras pelog itu ditabuh di halaman Masjid Besar Kauman yakni di Bangsal Pagongan Lor (utara) dan Bangsal Pagongan Kidul (selatan).
![]() Dua perangkat gamelan yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dikeluarkan untuk dibunyikan. |
Kedua perangkat gamelan itu mulai ditabuh hari ini, Selasa (6/12/2016) selama satu minggu, hingga menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW. Malam sebelumnya yakni pada hari Senin (5/12/2016) pukul 20.00 WIB dilakukan prosesi "Nyebar Udhik-udhik" berupa uang pecahan di Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta oleh keluarga dan kerabat Sri Sultan Hamengku Buwono X.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kedua gamelan dibunyikan secara bergantian pada hari ini, puluhan orang berada di depan bangsal mendengarkan irama gamelan tersebut. Irama gamelan yang ditabuh oleh para abdi dalem Kridha Marwadawa itu dengan pelan. Gamelan ditabuh secara bergantian selama lebih kurang 30 menit.
![]() Masyarakat mendengarkan irama gamelan yang ditabuh para abdi dalem. |
Warga masyarakat yang mendengarkan pun mengikuti dengan cara berpindah tempat. Setelah gamelan Kyai Gunturmadu di sisi selatan selesai ditabuh. Mereka pun kemudian berpindah tempat menuju ke sisi utara untuk mendengarkan gamelan Kyai Nagawilaga. Mereka ada yang mendengarkan dari depan, namun ada pula yang duduk d belakang para abdi dalem yang bertugas.
Saat gamelan tersebut di tabuh selama satu minggu, di sekitar halaman masjid juga banyak dijual hidangan nasi gurih dengan lauk ingkung ayam, kacang tanah, kedelai hitam, irisan tempe goreng, sambal goreng krecek dan mentimun. Ada pula yang menjual daun sirih untuk mengunyah kinang.
![]() Masyarakat juga bisa menikmati kuliner nasi gurih nan lezat. |
Daun sirih itu dikunyah bersamaan saat mendengarkan irama gamelan yang dibunyikan. Hal itu mengandung makna, apa yang disebarkan dalam tradisi Islam waktu itu bisa diterima oleh masyarakat Jawa yang mendengarkannya.
"Setiap sekaten selalu ke masjid gedhe Kauman untuk mendengarkan gamelan sekaten," ungkap Ny Sudirah (75) warga Sedayu Bantuk yang datang berombongan bersama tetangganya. (bgs/aan)