Australia: Tak Ada Lagi Kapal Pengungsi dari RI 3 Tahun Terakhir

Australia: Tak Ada Lagi Kapal Pengungsi dari RI 3 Tahun Terakhir

Nograhany Widhi K - detikNews
Senin, 05 Des 2016 18:05 WIB
Foto: Wakil Dubes Australia Justin Lee (kiri) dan Duta Besar untuk Penyelundupan dan Perdagangan Manusia Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Andrew Goledzinowski (kanan)
Jakarta - Australia menyatakan tak ada lagi kapal pengungsi yang bertolak dari Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Perahu pengungsi itu sudah setop menyeberang ke Australia.

"Sudah sekitar 3 tahun, memang ada yang masih coba-coba (menyeberang dengan perahu ke Australia), tapi kami kembalikan mereka dengan aman," kata Duta Besar untuk Penyelundupan dan Perdagangan Manusia Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Andrew Goledzinowski.

Hal itu dikatakan Andrew kala ditanya tentang apakah perahu pengungsi dari Indonesia masih berdatangan ke Australia dalam makan siang bersama di kediaman Wakil Dubes Australia Justin Lee di Jl Patra Kuningan, Jakarta, Senin (5/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tak ada lagi kapal yang masuk tahun ini, mereka sudah berhenti," tegasnya.

Andrew menjelaskan pada awal-awal perahu pengungsi itu menyeberang ke Australia, kebanyakan dari Iran. Pengungsi Iran mengambil jalur ke Indonesia, sebelum menyeberang ke Australia. Baru kemudian gelombang berikutnya pengungsi Suriah dan Irak.

"Ada sekitar 15 ribu orang datang ke Australia melalui Indonesia. Namun itu sudah berhenti, tak ada lagi sejak 2014. Kami mengalihkannya ke Nauru dan Pulau Manus (Papua Nugini), mereka bisa tinggal di sana," jelas dia.

Di antara pengungsi-pengungsi itu ada yang menderita gangguan jiwa karena ketidakpastian nasib mereka. Namun satu bulan ini, Australia sukses mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS). Dengan fasilitator UNHCR, AS setuju menampung para pengungsi di kedua pulau itu, termasuk pengungsi yang menyeberang dan ditampung di Indonesia. AS sendiri menerima 18 ribu pengungsi tiap tahun, perjanjian pengungsi AS-Australia ini bagian dari program AS itu.

"Kami punya tim kesehatan mental yang memperhatikan tentang kesehatan jiwa mereka. Masalah riilnya mereka menunggu proses tanpa mengetahui masa depannya, ketidakpastian, bukan tak punya air panas dan listrik, dan itu penyebab utama gangguan mental. Sekarang setelah ada kabar di AS, para pengungsi mulai sedikit optimis, mereka datang jauh-jauh dengan menempuh jalur berbahaya, kadang keluarga mereka meninggal dalam perjalanan," tuturnya.

Ditambahkan Wakil Dubes Australia Justin Lee bahwa pengungsi yang datang sebelum Juli 2014 ada kemungkinan akan ditempatkan di Australia. Namun yang datang setelah Juli 2014, tidak lagi bisa ditempatkan di Australia, melainkan di AS atau negara lain.

Australia sendiri, kembali dijelaskan Andrew, tidak menutup total pintunya. Australia hanya menutup pintu pada penyelundupan manusia alias yang masuk ilegal. Australia sendiri menampung 200 ribu migran legal per tahun termasuk 18.700 pengungsi tahun ini dan 12 ribu orang dari Irak dan Suriah. (nwk/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads