Karena itu, sejak puluhan bahkan ratusan tahun ke belakang daerah di sekitaran Kecamatan Jatiluhur sangat akrab dengan orang-orang yang menggeluti usaha membuat perahu. Hingga kini secara turun-temurun masih ada warga yang mengais rezeki sebagai pengrajin atau pembuat perahu. Salah satunya yang bertahan yakni Mang Odik.
![]() |
Detikcom berkesempatan menemui pria kelahiran 1953 itu bersama para pengrajin lain. Ternyata mereka sudah turun-menurun menjadi pembuat perahu di Kampung Batulayang, RT 6 RW 1, Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Mereka mewarisi keahlian tersebut dari leluhur-leluhur mereka termasuk sang kakek.
"Ya mungkin ini sudah keturunan ketujuh," ucap Odik, di Kampung Batulayang, Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Senin (5/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Berbeda dengan awal dia merintis usaha, saat ini orderan untuk membuat perahu dirasakannya tengah lesu. Bahkan hingga kini jumlah pengrajin pun semakin berkurang dan hanya bersisa lima orang dari semula sekitar 23 orang.
"Kalau sekarang sebulan paling ada dua perahu yang dibuat. Dulu buat perahu sesuai pesanan, sekarang kita bikin dan belum tentu ada yang beli," katanya.
Karena pesanan terus menurun, Odik dan teman-temannya harus memutar otak agar roda perekonomian terus berjalan. Mulai dari bersaing dari soal harga hingga mempertahankan kualitas dengan menggunakan alternatif bahan baku yang lebih murah.
![]() |
Saat ini, kata dia, semua pengrajin menggunakan kayu jati muda sebagai bahan baku utama dan aspal sebagai perekat. Mereka merasa bahan baku tersebut tak kalah kuat dengan kayu jati tua yang kini mulai langka dan harga yang mahal.
"Kalau sekarang jual satu perahu ukuran tujuh meter dengan lebar 170 centimeter harganya bisa Rp 5 juta. Itu juga kadang kurang (harganya) karena ditawar," katanya.
Padahal pada saat masa jayanya perahu buatan Cikao Bandung sangat tersohor. Bahkan tak jarang pesanan datang dari berbagai daerah seperti Banten, Bekasi, Karawang, Subang, hingga Indramayu.
"Ya sekarang juga masih suka ada yang pesan tapi jarang," timpal Odik.
Odik dan teman-temannya saat ini bukan hanya dipusingkan soal nasib mereka ke depan, namun memikirkan siapa kelak yang akan menggantikan mereka. Pasalnya anak maupun sanak saudara tidak ada satu pun yang mau meneruskan kiprah mereka sebagai pengrajin perahu.
"Anak-anak zaman sekarang pada ingin langsung kerja di pabrik. Tapi mudah-mudahan nanti kalau mereka sudah semakin dewasa, mau mewarisi keahlian bapaknya," kata Odik seraya diamini oleh teman-temannya.
![]() |
Seiring waktu, para pengrajin di tempat ini masih terus membuat perahu atau sampan. Namun saat ini mereka lebih banyak menerima pesanan perahu dalam ukuran besar dan kecil yang akan dipergunakan untuk mengangkut pasir.
Tidak jarang dari mereka kini masih menerima pesanan membuat berbagai jenis perahu. Perahu itu digunakan untuk kebutuhan pariwisata maupun alat transportasi warga untuk menyeberang sungai.
(nwy/nwy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini