"Enggak ada demo, (yang) ada aksi ibadah, gelar sajadah, akan ada zikir, doa bersama, mungkin tausiyah. Artinya itu bukan demo," ujar Wiranto di kantor Kemenkopolhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (28/11/2016).
Wiranto mengatakan hal tersebut menandakan ada sebuah kebersamaan dalam cara pandang dalam menyikapi fakta kalau demo tersebut melanggar hukum. Apalagi, saat ini isi tuntutan yang membuat para pengunjuk rasa ingin turun ke jalan telah terpenuhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rasional, menurut Wiranto, tak ada lagi potensi adanya penyusup dalam aksi 2 Desember. Selain karena pelakunya telah ditangkap, keamanan juga telah diperketat di segala penjuru.
"Secara rasional ya sudah tidak ada kan. Kalau menyusup sekarang menyusup juga bisa. Enggak usah mengada-ada pemikiran kita. Sementara kita anggap hal-hal yang kita anggap perbedaan pandangan, rencana, saling berhadapan dalam kesatuan, masuk dalam proses doa, kan begitu. Itu kan perlu kita syukuri," kata Wiranto.
Meski begitu, dia juga mengimbau agar kepolisian tak terlena dan terus melakukan pengamanan dengan maksimal. Polisi diminta tak mengumbar bentuk pengamananannya secara gamblang ke publik.
"Kepolisian enggak boleh sampai terlena. Tetep kita harus melakukan operasi keamanan yang maksimal. Jadi berjaga-jaga kalau ada sesuatu di luar konteks itu. Kembali tadi, jangan sampai di media kita membicarakan strategi kemanan, langkah-langkah keamanan. Itu kan aneh. Kemaanan kok disebarluaskan ke masyarakat? Ibaratnya kamu mau memperkuat kemanan di rumah, 'saya pasang alarm di sini, kamera di sini, dan kode ini', kan aneh itu," pungkasnya. (rni/bag)