"(Vaksin) Kanker serviks itu sebetulnya program dari Kementerian Kesehatan. Jadi itu adalah pencegahan supaya anak kita tidak kena kanker serviks," ujar Djarot di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (28/11/2016).
DKI Jakarta, lanjut Djarot, dipilih menjadi provinsi percontohan pemberian vaksin tersebut. Alasannya karena DKI memiliki anggaran yang cukup besar untuk bisa memberikan vaksin kanker serviks kepada seluruh siswi di DKI. Sampai bulan November, vaksin sudah diberikan pada 63.702 siswi. Apalagi bila vaksin memakai biaya sendiri, harganya mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau vaksin sendiri biaya akan mahal," lanjutnya.
Cagub DKI Basuki T Purnama pernah mengatakan untuk sekali suntik vaksin kanker serviks bisa mencapai Rp 750 ribu. Dan harga tersebut dianggap tidak masuk akal.
"Tapi vaksin untuk mencegar kanker itu (kanker serviks) mahal. Sekali suntik Rp 750 ribu. Gaji orang UMP Rp 2-3 juta sekali suntik. Enggak masuk akal," ujar Ahok di Rumah Lembang, Senin (21/11) lalu.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Koesmedi Priharto juga sudah memberikan keterangan soal beredarnya isu pemberian vaksin kanker serviks yang bisa menyebabkan menopouse dini. Koesmedi mengatakan isu tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.
"Berita-berita di medsos yang sampai sekarang tidak bisa dipertanggungjawabkan alasannya," kata Koesmedi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (28/11). (bis/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini