Salat Jumat di Jalan Saat Demo 2 Desember, Ini Kata Tokoh Agama hingga Politisi

Salat Jumat di Jalan Saat Demo 2 Desember, Ini Kata Tokoh Agama hingga Politisi

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Kamis, 24 Nov 2016 09:57 WIB
Salat Jumat di Jalan Saat Demo 2 Desember, Ini Kata Tokoh Agama hingga Politisi
Ilustrasi Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - Tokoh agama, politisi, hingga polisi menyoroti rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI yang akan menunaikan salat Jumat di jalanan saat demonstrasi 2 Desember. Mereka mengimbau ibadah itu dilakukan di masjid sehingga tidak mengganggu ketertiban umum.

GNPF MUI memastikan akan tetap menggelar salat Jumat di jalan protokol Sudirman-Thamrin. "Ini sudah zaman merdeka. Alhamdulillah persiapan sedang ditingkatkan karena insya Allah massa dua kali lipat dari kemarin," kata perwakilan GNPF MUI yang juga Sekjen Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamukmin, yang menjamin demo berlangsung damai.

Atas rencana itu, sejumlah tokoh agama, politisi, dan polisi mengimbau agar niat tersebut diurungkan. Mereka mengimbau agar ibadah salat Jumat dilakukan di masjid, bukan di jalanan. Salat Jumat di jalanan akan mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berikut imbauan sejuk tokoh agama hingga politisi:

Din Syamsuddin: Salat Jumat di Jalan Ganggu Ketertiban Umum

Foto: Agung Pambudhy
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin meminta salat Jumat tetap dilakukan di masjid untuk menjaga ketertiban umum.

"Tunaikanlah salat Jumat di masjid-masjid. Kalau penuh, kan ada halamannya, tidak perlu di Jalan Sudirman dan Thamrin, itu akan mengganggu ketertiban umum," ujar Din saat diwawancarai wartawan usai mengikuti Rakernas II MUI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (23/11/2016).

Din menegaskan bahwa mengganggu ketertiban di masyarakat bukan bagian dari ajaran Islam. Mantan Ketua PP Muhammadiyah ini meminta massa untuk mengurungkan rencana tersebut."Saya kira agama apa pun tidak membenarkan kita menciptakan membuat situasi yang mengganggu orang banyak. Kalau mau demo 2 Desember, lakukanlah seperti 4 November kemarin, salat Jumat dulu," tegasnya.

Din menambahkan, banyak alternatif tempat yang dapat dipilih selain jalanan umum jika masjid penuh. "Kalau masjidnya penuh, banyak (jemaah) dari daerah, mungkin banyak gedung-gedung yang ada atau pinjam Gelora Bung Karno, pinjam Istora. Kalau sudah tidak memungkinkan di dalam, bolehlah di luar, tapi jangan direncanakan di jalan seperti itu," pungkasnya.

PBNU: Salat Jumat di Jalan Tidak Sah

Foto: Situs Resmi NU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menilai hukum ibadahnya masuk dalam kategori makruh hingga tidak sah.

Hal ini sampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali di www.nu.or.id, Selasa (22/11/2016) dalam artikel berjudul "Ini Pandangan Fiqih PBNU Soal Shalat Jumat di Jalanan". Ulasan ini diberikan menyusul rencana salat Jumat di jalanan pada tanggal 2 Desember 2016 nanti.

Menurutnya, berdasarkan aktivitas ibadah Jumat pada masa Rasulullah SAW selalu diselenggarakan di masjid. Moqsith menyebut hukum kegiatan ibadah salat Jumat di luar masjid adalah makruh.

"Kemudian hal ini diperselisihkan oleh para ulama. Mazhab Maliki mewajibkan salat Jumat di dalam masjid. Tetapi kita tahu ada mazhab lain, seperti mazhab Syafi'i dan mazhab Hanafi, yang membolehkan salat Jumat tidak di dalam masjid," kata Moqsith.

Dirinya menjelaskan, mazhab Syafi'i di dalam kitab Al-Majemuk karya Imam An-Nawawi menegaskan pelaksanaan salat Jumat harus dilakukan di dalam sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dan bahan-bahan material lainnya. Atas ulasan itu, maka pelaksanaan salat Jumat di jalanan dianggap tidak sah dan wajib diulang dengan salat zuhur.

"Kalau begitu, tidak boleh melakukan aktivitas salat Jumat di jalanan. Bahkan ada ulama yang memakruhkan salat Jumat dilakukan di jalanan. Apalagi masjid-masjid yang tersedia cukup lebar. Sehingga praktis tidak ada alasan untuk melakukan salat Jumat di tengah jalan," terangnya.

Moqsith menyarankan agar pihak pihak yang berencana menggelar salat Jumat di jalanan untuk terlebih dahulu menjalankan kajian fiqih secara mendalam dam melakukan telah dari pandangan ulama.

Gus Mus: Kalau Benar, Ini Bid'ah Besar

Foto: Rois Jajeli
KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus bicara soal rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI melakukan aksi salat Jumat di jalan protokol Jakarta pada Jumat, 2 Desember 2016. Dia berharap aksi itu tidak dilakukan.

"Aku dengar kabar di Ibu Kota akan ada Jumatan di jalan raya. Mudah-mudahan tidak benar," cuit Gus Mus lewat akun Twitter-nya seperti dilihat detikcom, Rabu (23/11/2016).

"Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasulullah SAW baru kali ini ada bid'ah sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran," sambung mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) ini.

Gus Mus mempertanyakan apa dalil Alquran dan hadisnya melakukan salat Jumat di jalanan. Dia juga mempertanyakan apakah Rasullullah SAW, para sahabat, dan tabi'in pernah melakukan atau membolehkan salat Jumat di jalan raya.

"Kalau benar, apakah salat tahiyyatal masjid diganti salat tahiyyatat thariq atau tahiyyatasy syari?" ucapnya.

Jika salat Jumat di jalan protokol Jakarta itu benar akan dilakukan, lanjut Gus Mus, dia mengimbau umat Islam yang percaya dirinya tidak punya kepentingan politik apa pun agar memikirkan hal itu dengan jernih.

"Setelah itu silakan Anda bebas untuk melakukan pilihan Anda. Aku hanya merasa bertanggung jawab mengasihi saudaraku. In uriidu illal ishlΓ£ha mΓ£s tatha'tu wamΓ£ taufiiqii illa biLlΓ£hil 'Aliyyil 'Azhiim," tulisnya. "Artinya kurang lebih: Aku hanya berniat (ber)baik semampuku; taufikku hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Agung," sambung Gus Mus dalam cuitan berikutnya menjelaskan maknanya.

Banyak netizen yang merespons cuitan Gus Mus itu, baik yang pro maupun kontra. Ada juga yang meminta dirinya agar berkata yang menyejukkan saja dan memberikan wejangan yang lembut seperti biasanya. Gus Mus pun menjawab hal itu.

"Ini menurutku bagian dari mengasihi sesama muslim. Kalau ada yang justru merasa lain, aku serahkan kepada Allah yang Maha Tahu," ujarnya.

Gus Mus mengatakan, sepengetahuannya, baik salat Id apalagi salat Jumat tidak pernah dilakukan oleh Rasullullah SAW di jalan. Karena itu, dia berharap agar hal itu tidak dilakukan.

"Demo di negara demokrasi seperti Indonesia ini sah adanya. Tapi poinku, adalah salat Jumat-nya. Demo setelah habis salat Jumat kan bisa," ujarnya.

Prabowo: Semua Pihak Jaga Suasana Damai

Foto: Rengga Sancaya
Ketua Umum Partai Gerinda Prabowo Subianto meminta agar suasana negara tetap damai dan kondusif menyusul rencana demonstrasi 2 Desember.

"Yang penting bagi kita adalah semua pihak menjaga suasana yang damai yang rukun," kata Prabowo seperti dilihat detikcom dalam siaran live di akun Facebook resmi PKS.

Menurut dia, semua permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

"Kita harus ingat bahwa kita ini negara yang besar dan tentunya kita berharap bahwa semua masalah bisa kita selesaikan dengan kekeluargaan," sambung mantan Danjen Kopassus itu.

Ketua MPR: Salat Jumat ya di Masjid

Foto: dok. MPR RI
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan meminta massa untuk salat di masjid, bukan di jalan.

"Itu saya mengimbau, demo itu hak, dijamin konstitusi, tapi sebagai Ketua MPR saya mengimbau untuk tanggal 2 (Desember) itu salat Jumat ya di masjid. Bayangkan kalau ada masjid, masa kita salat Jumat di jalan," ujar Zulkifli kepada wartawan usai mengikuti Rakernas II MUI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (23/11/2016).

Zulkifli juga meminta masyarakat agar menahan diri untuk turun kembali ke jalan. Ia berharap masyarakat bisa mempercayakan permasalahan hukum tersangka kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke aparat penegak hukum.

"Jadi saya begini, aksi tanggal 2 (Desember) itu, unjuk rasa itu hak dijamin undang-undang. Tapi sebagai Ketua MPR saya mengimbau, kita berikan kesempatan pada penegak hukum untuk menyelesaikan ini. Itu menurut saya," tambahnya.

Kapolda Metro: Salat Jumat di Jalan Langgar UU

Foto: Jabbar Ramdhani/detikcom
Polda Metro Jaya tidak melarang masyarakat untuk berunjuk rasa asalkan tidak dilakukan di jalan raya yang dapat mengganggu ketertiban umum. Penyampaian pendapat di muka umum sebaiknya dilakukan di tempat-tempat yang sudah disediakan, seperti di Monas.

"Itu (salat Jumat di Sudirman-Thamrin) yang tidak diperbolehkan sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku. Karena mengganggu ketertiban umum, mengganggu aktivitas masyarakat lain," kata Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M Iriawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Dia mengimbau masyarakat supaya melakukan salat Jumat di masjid-masjid sekitar lokasi demo, agar aktivitas masyarakat lainnya tidak terganggu.

"Seyogianya salat Jumat kan ada masjid. Masjid lain pun banyak di sekitar Sudirman-Tahmrin, sehingga aktivitas masyarakat lain bisa jalan, bisa terakomodir karena kita tahu jalan protokol Sudirman-Thamrin adalah urat nadi lalu lintas khususnya di Jakarta," terang Iriawan.

Halaman 2 dari 7
(aan/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads