"Misalnya ada ibu-bapak-anak, yang berangkat jadi TKI ibunya. Nah bapaknya ini kita training untuk merawat anak. Ini lantaran banyak anak TKI yang telantar," jelas Menaker Hanif saat berkunjung ke kantor detikcom, Jl Warung Buncit, Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Bahkan, tidak hanya kerabat TKI yang akan dilatih merawat anak, namun komunitas di suatu desa akan dilatih semua. Sehingga anak TKI yang ditinggal ayah atau ibunya bekerja ke luar negeri bisa dirawat komunitas di desanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatihan lain yakni pelatihan finansial bagi kerabat TKI di kampung. Pelatihan finansial ini penting agar nafkah hasil bekerja TKI bisa dikelola dengan baik oleh kerabat di kampung.
"Ada TKI yang 3 kali bekerja ke luar negeri, 3 kali pula ganti suami, 3 kali menikah. Ini lantaran suaminya hanya menerima uang dari istrinya yang jadi TKI, kemudian dibuat kawin lagi dengan perempuan lain. Pelatihan ini untuk mengatasi hal-hal seperti itu," tuturnya.
Kerabat TKI juga akan diberikan pelatihan keterampilan sehingga produktif. Hasilnya bisa dikerjasamakan untuk dijual melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau milik desa (Bumdes).
Program pelatihan kerabat TKI ini adalah program baru Kemenaker bernama Desa Migran Produktif (Desmigratif) yang akan percontohannya akan berjalan akhir tahun 2016 ini.
"Ini mulai Desember 2016 ini akan dijalankan di 120 desa di 50 Kabupaten/Kota. 20 desa di antaranya khusus untuk desa basis TKI di NTT," jelas dia. (nwk/fdn)











































