"Kita sebagai manusia tidak pernah bisa meminta kepada tuhan untun dilahirkan sebagai suku apa. Kita dilahirkan sebagai Indonesia," kata Septian, Humas Aksi Solidaritas Mahasiswa Untuk NKRI kepada wartawan di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin (21/11/2016).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berasal dari berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke. Jakarta, Banten, Sulawesi, Kalimantan, dan lainnya. Dari mahasiswa yang masih peduli terkait keberagaman," kata Septian, yang juga mahasiswa Universitas Muhamadiyah Tanggrang.
Mereka bergerak dari Bundaran HI pukul 13.00. Dalam perjalanan mereka membawa spanduk-spanduk bernada persatuan yang bertuliskan 'Mahasiswa siap membela NKRI' dan 'Jaga Persatuan Indonesia' atau 'NKRI Harga Mati'.
Selama melakukan aksi, mereka bernyanyi lagu-lagu seperti Maju Tak Gentar, atau Indonesia Raya. Tidak lupa, orasi mengajak segenap masyarakat untuk bersatu di sampaikan. "Dari Sabang sampai Merauke berkumpul disini. Dari setiap agama berkumpul disini," kata seorang demonstran sambil berorasi.
Saat massa aksi sampai di depan Istana Negara, di Simpang Monas, Jalan Medan Merdeka Barat, sekitar pukul 14.45. Di depan Istana, mereka berorasi dan membacakan tuntutan aksi.
"Tuntutan kita adalah jaga keutuhan NKRI dan ideologi pancasila pertahankan pemerintah yang konstitusional dan dipilih langsung oleh rakyat," ujar Septian.
"Jangan menggunakan isu SARA untuk kepentingan politik. Jangan menteror rakyat dengan demonstrasi-denonstrasi anarkis (kekerasan) untuk menebar ketakutan. Jangan intervensi proses hukum dengan gerakan massa," sambung Septian. (aik/tfq)