"Kita prihatin atas apa yang terjadi, sebab ini menyangkut 'makam perang' yang harus dihormati. Saya mesti menunggu hasil investigasi, setelah itu Anda akan tahu lebih lanjut dari saya," ujar Menteri Pertahanan Belanda Jeanine Antoinette Hennis-Plasschaert seperti dikutip detikcom dari RTL Late Night, Rabu jelang tengah malam atau Kamis (16/11/2016) WIB.
Suasana emosional mendapat perhatian media di Belanda sepanjang Rabu menyusul kabar hilangnya tiga bangkai kapal perang Belanda di Laut Jawa. Yakni Hr.Ms. De Ruyter, Hr.Ms. Java dan Hr.Ms. Kortenaer, yang dipandang sebagai "makam tentara angkatan laut" yang gugur dalam perang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Theo mengisahkan bahwa dia bersama tim penyelam membawa 3 buah plakat yang siap ditempelkan pada kapal-kapal perang itu. Tujuannya adalah untuk sekali lagi memperjelas bahwa kapal-kapal tersebut adalah "makam perang", dan agar dihormati dan tidak diusik.
Dijelaskan bahwa kapal-kapal perang yang tenggelam dalam suatu pertempuran adalah "makam perang", tempat peristirahatan terakhir tentara angkatan laut yang gugur. Kapal-kapal perang itu dinilai harus dihormati dan dilindungi oleh hukum internasional.
Bayangkan, pihak keluarga tentara ingin berziarah mengunjungi lokasi tenggelamnya kapal tempat mereka gugur dalam suatu pertempuran, tapi kapal itu telah hilang. Tempat ziarah itu pun hilang sudah.
"Secara resmi memang masih harus diinvestigasi, tapi saya pribadi punya dugaan-dugaan. Kemungkinan telah terjadi operasi berskala industri. Motifnya bisa segala macam. Bisa saja pedagang besi tua. Bayangkan, kapal perang cruiser ini besinya tebal dengan kualitas sangat bagus," jelas Theo Doorman.
Ketiga kapal perang Belanda tersebut tenggelam karena terkena serangan torpedo pada Pertempuran Laut Jawa 1942 dalam upaya membendung invasi armada Jepang yang menyerbu Jawa dari arah timur dan barat.
Laksamana Muda Karel Doorman, yang berada dalam kapal Hr.Ms. De Ruyter, ikut gugur tenggelam bersama para perwira dan prajuritnya. Kini Doorman diangkat sebagai pahlawan nasional, namanya diabadikan sebagai nama kapal dan menjadi nama jalan di berbagai kota.
Pemerintah Belanda kepada media sudah menyampaikan akan meminta adanya investigasi untuk memperjelas duduk perkara permasalahan yang sensitif ini. Terutama di kalangan keluarga prajurit dan perwira yang gugur.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, PM Belanda Mark Rutte akan kembali melakukan kunjungan resmi ke Indonesia pekan depan, dari tanggal 21 hingga 24 November 2016. Rutte akan membawa delegasi besar sejumlah 110 orang dari kabinetnya, kalangan bisnis, dan perguruan tinggi. Kunjungan serupa sebelumnya dilakukan Rutte pada November 2013. (es/elz)











































