Pasukan Brimob dikenal dengan paradigma jiwa korsanya yang cenderung dipandang negatif. Suntana berharap agar jiwa korsa korps baret biru tersebut diimplementasikan untuk hal yang positif, bukan yang negatif.
"Soloditas kesatuan di mana pun sangat diperlukan, apalagi di pasukan seperti Brimob akhirnya memang menimbulkan jiwa korsa. Soliditas, kebersamaan itu memang sangat bagus untuk hal positif, tetapi kalau negatif tidak boleh," jelas Brigjen Suntana kepada detikcom, Senin (14/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jiwa korsa antara pasukan dan jiwa korsa dengan masyarakat juga, tentunya agar tetap dijaga agar Brimob dicintai oleh masyarakat," sambung Suntana.
Di usianya yang tidak lagi muda ini, Suntana berharap agar pasukan Brimob semakin jaya dan semakin disegani oleh masyarakat.
"Semoga Brimob semakin jaya, semakin tetap disegani, dipercaya, disayangi oleh rakyat, Brimob maju terus dan semoga tetap mendapat kepercayaan masyarakat," sambungnya.
Brimob adalah satuan elit yang pada masa awal pendiriannya dibentuk untuk menghadapi tekanan politik dari tentara dan sebagai pelindung terhadap kudeta yang melibatkan satuan-satuan militer.
Pada 14 November 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir mengganti nama menjadi Mobrig.
Hingga pada 14 November 1961, Satuan Mobrig kembali berganti nama menjadi Korps Brigade Mobil (Brimob). Brimob menjadi pasukan istimewa yang dilibatkan dalam situasi konflik genting.
Brimob pernah terlibat dalam beberapa peristiwa penting seperti konfrontasi dengan Malaysia pada 1963 dan aneksasi Timor Timur pada tahun 1975. Brimob sampai sekarang ini memiliki jumlah pasukan 30 ribu personel lebih yang ditempatkan di bawah kewenangan Kepolisian Daerah masing-masing provinsi.
Seiring dengan perkembangan situasi, Satuan Brimob memiliki unit-unit di bawahnya seperti Gegana dan Jihandak. Brimob dikerahkan dalam situasi darurat yang menyangkut keamanan tingkat tinggi yang membutuhkan persenjataan.
(mei/fdn)











































